Jerit Hati Sopir Angkot Jika PPKM Diperpanjang, Parah dan Ngenes

Jerit Hati Sopir Angkot Jika PPKM Diperpanjang, Parah dan Ngenes

Deny Prastyo Utomo - detikNews
Senin, 02 Agu 2021 14:17 WIB
PPKM Level 4 berakhir hari ini. Kebijakan PPKM di tengah pandemi COVID-19 berdampak pada sektor transportasi.
Sopir angkot di Terminal Joyoboyo (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikcom)
Surabaya - PPKM Level 4 berakhir hari ini. Kebijakan PPKM Darurat di tengah pandemi COVID-19 berdampak pada sektor transportasi. Salah satu sopir angkot di Terminal Joyoboyo Surabaya mengaku lebih baik PPKM tidak diteruskan lagi.

Pasalnya, pendapatan mereka menurun drastis. Selain itu dirinya harus bersabar menunggu berjam-jam penumpang untuk naik kendaraaannya.

Seperti yang dirasakan Aziz (41) sopir angkot jurusan Joyoboyo-Lakarsantri-Menganti sejak PPKM tidak ada penumpang sama sekali. Dia mengaku menanti 5 hingga 7 penumpang saja harus menunggu berjam-jam. Setelah itu perjalanan bisa dimulai.

"Semenjak PPKM ini, penumpang itu nggak ada. Kita berangkat dari Menganti ke Joyoboyo, cuman membawa dua orang, kadang juga satu orang. Terus kita antre di sini, nggak bisa penuh," ungkap Aziz kepada detikcom, Senin (2/8/2021).

Dari 7 penumpang yang diangkut Aziz, dia hanya mendapat uang tidak sampai Rp 50 ribu. Tarifnya sendiri untuk tujuan Menganti, Gresik sekitar Rp 10 ribu. Sedangkan penumpang yang turun di Lakarsantri, Surabaya hanya Rp 5 ribu.

Baca juga: PPKM Berakhir Hari Ini, Pemerintah Diminta Cermat Ambil Keputusan

"Belum jasa muatnya di sini Rp 5 ribu (Makelar penumpang)," ungkap Aziz.

Aziz yang sudah menjadi sopir angkot selama 8 tahun mengaku hidupnya sengsara sejak PSBB hingga PPKM. Dalam satu hari bisa narik angkot pulang-pergi (PP) sebanyak tiga kali. Dengan penghasilan bersih sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu.

"Pendapatan bersih itu sekitar Rp 100 ribu, Rp 150 ribu. Dulu setor itu mahal mas, ada yang Rp 70 ribu ada yang Rp 50 ribu itu masih bisa (setor). Tapi kalau sekarang, jangankan setor Rp 50 ribu. Kita cari setoran Rp 30 ribu aja susah. Karena ada buat beli bensin, buat makan kita sendiri itu kadang nggak cukup," ungkap Aziz.

Selama pandemi ini, Aziz mengakui setoran penghasilan ke juragan angkot banyak yang gantung.

"Setor itu mas, banyak yang gantung, dalam arti gantung itu, kalau kita ada ya kita setorkan, ya dikasihkan, kalau tidak ada ya kita ngomong baik-baik gitu aja," kata Aziz.

Meski pemilik angkot atau juragan bisa memahami kondisi saat ini, Aziz tetap berkomitmen untuk memberikan setoran selama narik angkot di Terminal Joyoboyo.

"Ini (kondisi) yang paling parah dan ngenes mas. Kalau pas PSBB itu nggak seberapa. Kita pulang bawa uang Rp 50 ribu itu sudah bersih, sudah setoran. Kalau sekarang nggak bisa. Parah sekarang, ini dari pagi sampai sekarang (sore) baru isi. Jadi dari jam 8 pagi sampai jam 3," ungkap Aziz sembari menarik nafas panjang.

Hal yang sama diungkap Warhami (60), sopir angkut H4 jurusan Joyoboyo-Sedati juga mengakui berat dengan kondisi saat ini. Setoran saat ini sudah tidak bisa ditargetkan lagi.

"Pokoknya sekarang setoran nggak bisa ditarget. Rata-rata tidak setor seperti montore dewe (Mobilnya sendiri). Nanti dipasrahkan juragan malah akinya drop, malah nggak isok mlaku (Tidak bisa jalan). Masak utang gara-gara setoran. Mending prei pisan (Sekalian libur saja)," kata Warhami yang sudah 30 tahun menjadi sopir angkot itu.

Warhami juga mengakui selama PPKM bulan Juli ini dianggap paling berat untuk menarik angkot. Dia hanya mendapat kesempatan satu kali tarikan pulang pergi saja untuk mendapat penumpang.

PPKM Level 4 berakhir hari ini. Kebijakan PPKM di tengah pandemi COVID-19 berdampak pada sektor transportasi.Kebijakan PPKM di tengah pandemi COVID-19 sengsarakan sopir angkot/ Foto: Deny Prastyo Utomo

Baca juga: Masih Ada Pemotor Kucing-kucingan Hari Terakhir PPKM Penyekatan Bundaran Waru

"Pokoknya bulan Juli ini tambah berat. Satu PP pulang ke rumah. Nggak ada orang, satu PP 30 ribu, buat bensinnya aja, buat makan ya habis," ungkapnya.

Saat ditanya bantuan dari pemerintah, pria paruh baya ini mengaku baru sekali mendapatkan.

"Terus kemarin katanya mau dapat bantuan, KTP disetorkan mulai Kamis apa Jumat, nggak tahu lagi jadi apa nggak. Kalau nggak cocok NIK-nya nggak dapat. Ya cuman berharap aja (Bantuan)," ungkapnya.

Dia berharap penyekatan di sekitar Bundaran Dolog dibuka, sehingga tidak membuat penumpang atau sopir angkot bingung.

"Ndang dibuka ae, biar nggak bingung (Segera dibuka saja, biar tidak bingung. Rakyat ini biar tidak menjerit. (Sebelum) Polda kan ditutup. Terus orang bekerja diliburkan," tandasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.