Teddy menceritakan, betapa sulitnya berjuang melawan virus Corona. Karena pada akhir Juni 2021 lalu, telah banyak rekan senior dan junior sesama polisi yang terpapar COVID-19. Sebagian besar menjalani isolasi mandiri, karena keterbatasan kapasitas atau daya tampung RS di Jakarta.
"Saya bisa menyaksikan sendiri, fenomena orang yang sedang terpapar COVID-19 dan melaksanakan isolasi mandiri tanpa pengawasan dan treatment medis, serta mengkonsumsi obat-obatan yang seadanya," kata Teddy, Rabu (28/7/2021).
"Mereka kesulitan akses untuk bisa ditampung dirawat di rumah sakit, serta kesulitan mendapatkan obat-obatan yang dianjurkan oleh beberapa informasi medis di berbagai media," tambahnya.
Dari konstelasi itu, mantan Kapolresta Malang Kota ini berpikir dan merenungkan nasib serupa, tetapi di daerah terpencil. Ia berpikir, bagaimana kondisi orang-orang yang tinggal di kota kecil seperti Pasuruan, Malang, dan sekitarnya.
"Pasti akan lebih sulit. Karena Jakarta yang begitu serba ada saja ternyata pasien COVID-19 kesulitan mendapatkan penanganan medis," pikirnya saat itu.
Berdasarkan pengalaman itulah, ia berinisiatif menginisiasi alumni SMP Negeri 1 Pasuruan angkatan 1987 untuk membentuk relawan dan satgas yang dinamai Sobatku 87. Mereka akan bertugas melayani orang-orang terpapar COVID-19 yang isolasi mandiri tanpa mendapatkan penanganan medis.
"Alhamdulillah dari 17 orang pasien sampai hari ini mengalami kondisi yang membaik dan sudah banyak juga yang dinyatakan sembuh (negatif)," ujarnya.
Relawan satgas COVID-19 Sobatku 87 yang ia bentuk, juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas. Yaitu mobil operasional sebagai sarana transportasi, ambulans, posko, peralatan medis berupa tabung oksigen, nebulizer, alat ukur saturasi, alat ukur suhu tubuh, dan masih banyak lagi. Relawan dari alumni SMP Negeri 1 Pasuruan angkatan 1987 sekitar 225 orang, belum termasuk keluarganya.
Saat bertugas melayani pasien COVID-19 selama isolasi mandiri, tim relawan Sobatku 87 akan memberikan obat-obatan vitamin, nutrisi, sampai dengan dukungan makan 3 kali sehari. Hal tersebut agar kebutuhan nutrisi dan asupan gizi pasien selama isoman tetap tercukupi dan kesehatannya terpantau.