Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD Prof dr Soekandar Mas'ulah mengatakan, pihaknya menerapkan sistem buka tutup sejak sepekan yang lalu. Karena stok oksigen di rumah sakit pelat merah ini menipis. Selain itu, SDM yang bertugas juga terbatas akibat 74 nakes terinfeksi COVID-19.
"Kalau kami buka terus, seperti yang sudah-sudah, masyarakat menerobos. Ketika diberi pengertian tidak semuanya bisa memahami. Akhirnya bentrok dengan petugas, satpam, dokter dan perawat. Jadi terkuraslah tenaga teman-teman kalau harus bentrok dengan pasien. Padahal, mereka harus melayani pasien yang di dalam. Sehingga terpaksa kami gembok," kata Mas'ulah kepada detikcom, Minggu (25/7/2021).
Ia menjelaskan, pukul 10.30 WIB tadi, stok oksigen di RSUD Prof dr Soekandar hanya cukup untuk merawat para pasien COVID-19 selama 15 jam ke depan. Kondisi itu diperparah dengan terbatasnya tenaga medis. Saat ini dalam setiap sif, hanya ada 2 dokter. Satu dokter untuk IGD dan 1 dokter di ruangan isolasi.
Akibatnya, kapasitas IGD rumah sakit milik Pemkab Mojokerto ini terpaksa dikurangi dari 7 menjadi 3 pasien saja. Saat pasien di IGD sudah 3 orang, maka RSUD Prof dr Soekandar setop menerima pasien baru. Pelayanan IGD dibuka saat stok oksigen banyak dan beban nakes sudah berkurang.
"Kami batasi 3 pasien di IGD karena nakes tak mampu mengurusi. Oksigen tidak hanya untuk IGD. Kalau kami masukkan pasien di IGD, lalu pasien di ICU dan ruangan kekurangan oksigen malah berisiko bagi pasien yang di dalam," terang Mas'ulah.
Kondisi tersebut juga terjadi saat Wahyu Syafiatin alias Titin (32), pasien COVID-19 datang dalam keadaan kritis ke RSUD Prof dr Soekandar pada Kamis (22/7) sekitar pukul 06.00 WIB. Pintu masuk ke rumah sakit pelat merah ini ditutup portal. Petugas IGD menolak menerima Titin dengan alasan terbatasnya nakes.
"Kondisi saat itu oksigen menipis dan nakes kami terbatas. Jadi, kami tidak bisa menerima pasien lagi. Kalau dimasukkan malah tidak bisa ditangani dengan baik," ujar Mas'ulah.
(fat/fat)