Pelayanan dan Penunjang Medis RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, Herya Putra Dharma mengatakan, pihaknya Jumat sore telah menerima pasien COVID-19 baru sebanyak 40 orang lebih.
"Terpaksa kami tidak menerima dulu pasien COVID-19 baru, karena ini sudah overload ya. Sampai 125 persen di IGD, bednya habis," kata Herya saat dihubungi detikcom, Sabtu (17/7/2021).
Pasien yang ditempatkan di IGD, lanjut Herya, adalah pasien yang menunggu hasil PCR positif. Begitu hasil PCR positif, maka pasien baru dipindahkan ke ruang isolasi. Saat ini, dari 188 bed yang disiapkan di ruang isolasi menurut Herya okupansinya tergolong aman.
Untuk itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan tiga puskesmas di Kota Blitar yang merujuk pasien mereka, untuk sementara ini dirawat dulu. Hari ini, satu ruangan baru disiapkan untuk menjadi ruang isolasi baru. Termasuk juga untuk memperluas ruang IGD. Herya mengaku belum ada rencana mendirikan tenda darurat untuk menampung kondisi kedaruratan pasien COVID-19 ini.
Baca juga: Pasien COVID-19 di Jatim Terus Ngegas hingga 36.011, Terbanyak dari Surabaya |
"Sarana bisa kami tambah, tapi siapa yang merawat nanti ? Nakes kami sangat terbatas, banyak yang tumbang. Sementara rekruitmen relawan masih dalam proses. Kami gak ingin pasien ketleyek istilahnya, jadi kondisi ini harus disampaikan biar transparan saja," imbuh Herya.
Herya mengaku banyak nakes dari hasil tracing dan testing terkonfirmasi positif COVID-19. Dengan kondisi demikian, mau tidak mau harus melokalisir nakes yang terinfeksi dengan meminta mereka tidak bekerja dulu. Ini agar para nakes tidak memperluas paparan Corona, baik kepada pasien maupun keluarganya.
"Kami langsung isolasi nakes yang positif ya. Tapi lho, kemarin saja dari hasil tracing itu banyak keluarga nakes yang ikut positif juga. Saya ini termasuk " terjebak" tracing sehingga harus isolasi dulu menunggu masa inkubasi lima hari untuk di testing lagi," ungkapnya.
Munculnya postingan ajakan menolak berita COVID-19 sangat disayangkan Herya. Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, masyarakat seharusnya mengakses semakin banyak informasi valid dari media mainstream. Bukan malah tidak mengupdate perkembangan yang terjadi. Sehingga, jika suatu waktu mereka mengalami terpapar Corona, akan memudahkan harus melaporkan atau menghubungi pihak mana.
"Ini kondisi nyata, kami sudah kuwalahan. Saya sudah 17 tahun mengabdi di rumah sakit ini. Sejak di IGD sampai di instalasi jenazah. Baru kali ini dalam sejarah, kami sampai kehabisan kantong jenazah," pungkasnya.
(fat/fat)