Sempat Nganggur Dampak Pandemi, 2 Warga Pacitan Ini Bangkit Lewat Jamur

Sempat Nganggur Dampak Pandemi, 2 Warga Pacitan Ini Bangkit Lewat Jamur

Purwo Sumodiharjo - detikNews
Minggu, 11 Jul 2021 12:09 WIB
budi daya jamur di pacitan
Deretan baglog sebagai media tanam jamur (Foto: Purwo Sumodiharjo)
Pacitan -

Pandemi COVID-19 menciptakan selaksa kisah. Satu di antaranya tentang tekat dan semangat berkarya. Ini seperti dilakukan dua sekawan di Pacitan. Mereka memilih budi daya jamur agar tetap berdaya di masa pandemi.

Sebuah rumah kosong di Desa Gawang, Kecamatan Kebonagung menjadi tempat kerja Ibnu Badarul Samsi (31) dan Fahtiar Dedian Nofka (28). Mereka sengaja membiarkan rumah semi permanen itu tampak apa adanya.

Hanya ada tambahan berupa teras berukuran 4 x 4 meter. Di bawahnya ada setumpuk bahan baku pembuat baglog (media tanam jamur) lengkap dengan mesin press manual. Tampak pula puluhan baglog yang sudah jadi.

Saat detikcom mendatangi tempat tersebut, ada dua remaja tengah membikin baglog. Yang satu memasukkan serbuk gergaji ke dalam plastik. Yang lainnya memampatkannya dengan mesin pres. Lalu menutup kedua ujung plastik dengan kenop warna hitam.

"Selama pandemi ini kan anak sekolah pada belajar daring. Nah, di sela waktu senggang kita ajak belajar budidaya jamur," kata Benu, sapaan Ibnu Badarul Samsi, Minggu (11/7/2021).

budi daya jamur di pacitanFoto: Purwo Sumodiharjo

Keinginan menjadi petani jamur, lanjut Benu, muncul sejak Corona melanda. Kala itu pekerjaannya sebagai pembuat perahu nelayan kian tak menentu. Berawal iseng, Benu memberanikan diri mencoba.

Rumah tinggal pribadi pun akhirnya menjadi semacam laboratorium. Di situlah dia rajin bereksperimen. Tanpa modal uang. Juga tanpa pengalaman. Hanya berguru pada buku dan internet.

"Kalau gagal sih bisa dibilang puluhan kali. Tapi saya nggak menyerah sampai akhirnya bisa dan berhasil (mengembangbiakkan jamur)," ucap pria berambut gondrong itu sembari tertawa.

Keterbatasan bahan baku membuat Benu memutar otak. Dia lantas mencoba menghubungi sahabatnya yang tak lain Fahtiar Dedian Nofka alias Oka. Kala itu Oka masih tinggal di Yogyakarta usai menyelesaikan kuliah jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV).

Oka pun rutin mudik ke Pacitan sembari membawa barang-barang pesanan Benu. Saat berada di kampung halaman, Oka juga sering nongkrong di rumah Benu. Dari situlah kemudian muncul keinginan membesarkan usaha tersebut dan mengelolanya bersama-sama.

Simak juga 'Raup Untung Lewat Jualan Lopis di Masa Pandemi COVID-19':

[Gambas:Video 20detik]



"Akhirnya kita sepakat bikin usaha dan kita jalankan bareng. Istilahnya iseng-iseng berhadiah. Dan ternyata benar-benar menghasilkan," tambah Oka.

Selama di Yogyakarta, lanjut Oka, dirinya aktif di sejumlah kegiatan. Bahkan dari tangan dinginnya lahir banyak desain grafis yang digunakan untuk beragam event seni rupa. Tak hanya tingkat regional namun juga nasional.

Namun pasca pembatasan kegiatan masyarakat pasca pandemi dia terpaksa mengubah pola kerja. Terlebih sejak COVID-19 melanda tak ada lagi event yang mendatangkan banyak orang. Oka memilih pulang dan berkarya di tanah kelahiran.

"Ya itu tadi. Awalnya bingung mau ngapain. Akhirnya ketemulah kegiatan ini," ujar Oka yang tinggal di Desa Sidomulyo.

"Sampai sekarang masih kerja (desainer grafis) freelance. Tapi saya kerjakan di sini, sambil ngurus jamur," paparnya.

Hingga saat ini ada ribuan baglog berisi tumbuhan jamur yang dikelola Benu dan Oka. Media tanam berbentuk silinder itu tertata rapi di atas kumbung (rangka kayu). Untuk mendapatkan suhu ideal, deretan kumbung ditempatkan di dalam rumah.

Rutinitas mereka adalah menyemprot tanaman jamur dengan air. Dari lahan itu, mereka dapat memperoleh hasil panen rata-rata 15 kilogram per hari. Adapun harga jualnya antara Rp 15 ribu hingga 20 ribu per kilogram.

Oka bilang pangsa pasar jamur jenis Tiram tak pernah ada kendala. Bahkan berapa pun produksi yang dihasilkan selalu habis terjual. Tantangannya justru ulah tengkulak yang kerap membuat petani tak berdaya.

"Kita siasati dengan membikin lapak khusus jamur. Jadi para petani jamur punya tempat khusus untuk berjualan tanpa harus berurusan dengan tengkulak," terangnya tentang lapak yang ada di 3 pasar. Yakni Minulyo, Arjosari, dan Pasar Gayam.

Di samping menjadi petani jamur, Benu dan Oka juga merambah layanan pemasaran. Unit usaha berlabel 'Fortuna Mushroom' itu juga memasarkan hasil panen warga. Tidak itu saja, perusahaan itu juga menyediakan beragam peralatan budidaya jamur.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.