Dalam posting-an tersebut, antrean pemulasaraan dikatakan mencapai 27 jenazah. Di video berdurasi 21 detik itu tampak berjajar tempat tidur pasien di lorong kamar jenazah rumah sakit. Masing-masing bed berisi satu jenazah yang ditutup dengan selimut.
"Ini masih belum bisa memandikan, macet. Ya ini antre, di ruangan masih banyak," kata pria yang merekam video tersebut menggunakan kamera ponsel.
Video ini diunggah akun Moko Eko Sudarmianto di salah satu grup Facebook Kabupaten Jombang siang tadi sekitar pukul 13.00 WIB. Namun tak lama kemudian, posting-an tersebut dihapus admin grup.
"Jenazah covid di rsud jombang mbludak, nakes yg mandikan jenazah covid sampai kewalahan pagi ini ada 27 jenazah... Ayo siapa yg mau jadi relawan mandikan jenazah dgn bayaran sama seperti mereka nakes yg ada... 6 juli 2021," tulis Moko Eko Sudarmianto dalam posting-annya.
Saat dikonfirmasi wartawan melalui messenger, Moko Eko Sudarmianto mengaku merekam video tersebut pagi tadi. Menurut dia, antrean pemulasaraan korban COVID-19 terjadi di RSUD Jombang. Bed berisi jenazah berjajar di lorong menuju kamar jenazah.
"Monggo datang saja sendiri konfirmasi ke RSUD Jombang. (Lokasi pengambilan video?) Lorong menuju kamar jenazah, ada keluarga pasien di situ," terangnya, Selasa (6/7/2021).
Direktur RSUD Jombang dr Pudji Umbaran belum bisa memastikan video yang beredar tersebut, direkam di rumah sakit yang dia pimpin. Namun, dia membenarkan terjadi antrean pemulasaraan jenazah COVID-19 di RSUD Jombang.
"Kalau lokasi video itu di mana, saya tidak bisa memastikan. Karena tidak ada identitas yang muncul di situ. Tetapi kalau dikatakan rumah sakit Jombang ada antrean, iya betul," jelasnya.
Ia menjelaskan, terdapat 18 pasien COVID-19 meninggal dunia di RSUD Jombang sejak kemarin sampai hari ini. Banyaknya pasien yang meninggal membuat petugas pemulasaraan di rumah sakit pelat merah itu kewalahan.
"Karena banyaknya kasus meninggal. Banyak yang meninggal karena banyaknya masyarakat yang datang dalam kondisi kritis. Bukan perkara mudah karena pasien COVID-19. Kalau pasien biasa gampang. Pemulasaraan yang begitu ribet terkait aturan supaya tak terjadi penularan," papar dr Pudji.
Dr Pudji menambahkan, persoalan tersebut telah teratasi. Karena petugas pemulasaraan jenazah COVID-19 telah ditambah. "Kami sikapi dengan penambahan tenaga. Insyaallah hal tersebut bisa diatasi. Kami tambah jadi 2 tim total 10 orang, tenaga pemulasaraan pasien wanita kami siapkan," pungkasnya. (sun/bdh)