Seniman di Pacitan Kembangkan Gamelan Berbahan Kaca

Seniman di Pacitan Kembangkan Gamelan Berbahan Kaca

Purwo Sumodiharjo - detikNews
Senin, 28 Jun 2021 11:31 WIB
Pacitan -

Ibarat tak ada rotan, akar pun jadi. Ungkapan itu tepat untuk menggambarkan kreativitas seniman dari Komunitas Song Meri yang membuat gamelan berbahan kaca.

Pandemi COVID-19 yang setahun lebih melanda Tanah Air, justru mengilhami kreasi mereka. Yakni membuat gamelan berbahan kaca.

Melodi tembang Jawa 'Rondho Kempling' mengalun dari halaman sanggar. Lagu yang dulunya populer dengan irama campursari itu, kini dimainkan dengan gamelan kaca. Sekilas ketukan alat musik slenthem itu tak ada bedanya dengan gamelan asli.

Saat pandangan mengarah ke alat musik pukul itu, barulah tampak perbedaannya. Bilah-bilah gamelan bukan berbahan logam, baik besi maupun perunggu. Namun bahan dasarnya adalah kaca transparan dengan berbagai ukuran.

"Kita menggunakan alat-alat yang ada di sekitar kita. Misalnya kaca, kemudian kayu bantalan itu juga berasal dari potongan sisa gergajian," kata penggagas kegiatan, Misbahuddin (43) saat ditemui detikcom, Minggu (27/6/2021).

Ibarat tak ada rotan, akar pun jadi. Ungkapan itu tepat untuk menggambarkan kreativitas seniman dari Komunitas Song Meri yang membuat gamelan berbahan kaca.Misbahuddin (43), penggagas gamelan berbahan kaca/ Foto: Purwo Sumodiharjo

Baca juga: Eye Catching Banget, Tas Masker Bikinan Pemuda Blitar Ini Banjir Pesanan

Untuk mewujudkan mimpi besarnya, Misbah tak bekerja sendiri. Pria kelahiran Pulau Selayar, Sulawesi itu sengaja mengundang seniman dari Surakarta. Pilihannya adalah Muhammad Sulthoni alias Toni Konde yang dikenal sebagai eksperimentalis.

Tonilah yang awalnya melakukan percobaan. Mulai dari pola bilah gamelan berbahan kaca hingga resonator. Semuanya berbahan baku kaca. Ukurannya pun berbeda-beda. Hal itu sesuai dengan nada serta resonansi yang diinginkan.

Kini sanggar yang berbatasan dengan tebing itu tak pernah sepi. Sedikitnya ada 15 orang yang tiap hari menggeluti dunia musik tradisional berbasis kaca tersebut. Bahkan ada dua pegiat lain yang bergabung. Masing-masing dari Makassar dan Malaysia.

Masih menurut Misbah, tahapan yang paling menelan waktu adalah menala nada. Itu setelah potongan kaca dipilah satu per satu. Untuk mendapatkan hasil akurat dirinya juga menggunakan aplikasi di smartphone. Nada yang dihasilkan juga disandingkan dengan bunyi gamelan asli yang telah direkam.

Berikutnya, tiap bilah dipegang salah satu bagiannya sambil ditabuh. Pemukulnya pun menggunakan alat khusus. Yakni berupa bola karet yang ditancapkan di lidi bambu. Proses ini bertujuan menentukan titik dengung.

Setelah diperoleh nada serta titik dengung yang diinginkan, bilah kaca lalu dibor pada dua ujungnya. Lubang dibuat untuk mengaitkan benang pada bilah-bilah yang disusun sesuai susunan nada. Semua sudut bilah juga mesti diamplas agar tak menggores tangan pemainnya.

Nah, setelah semua bilah terangkai barulah dipasang pada kayu bantalan. Di antara kayu bantalan terdapat botol yang telah dilubangi pada bagian pangkal dan ditempatkan terbalik. Di dalamnya diisi air dengan tinggi permukaan berbeda-beda. Benda tersebut berfungsi sebagai resonator gamelan berbahan kaca.

"Semakin rendah nada yang diinginkan, semakin lebar bilahnya. Dan tentu saja makin besar pula resonatornya," papar Misbah.

Ibarat tak ada rotan, akar pun jadi. Ungkapan itu tepat untuk menggambarkan kreativitas seniman dari Komunitas Song Meri yang membuat gamelan berbahan kaca.Menala nada gamelan berbahan kaca/ Foto: Purwo Sumodiharjo

Baca juga: Melegenda, Kerajinan Gerabah Blitar Bisa Raup Omzet Ratusan Juta

Berawal dari keinginan mewadahi para pegiat seni tradisional, pria berambut gondrong itu akhirnya menghabiskan sebagian besar waktunya bersama seniman lokal. Baginya, pandemi COVID-19 tak jadi alasan berhenti berkarya. Bahkan dengan barang-barang yang selama ini dianggap limbah pun dapat dimanfaatkan.

"Masa pandemi, masa keterbatasan. Kita juga harus meyakini bahwa bagaimana inovasi itu tetap kita jalankan gitu," ucap Misbahuddin yang sempat menekuni Etnomusikologi di ISI Surakarta.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.