Seperti yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita. Ia mengatakan, sebelum ada lonjakan kasus COVID-19 di Madura, BOR RS di Surabaya sekitar 21 persen.
"Kalau overload tidak, tapi ada peningkatan. Karena awal sebelum ada lonjakan kasus di Madura, BOR-nya sekitar 21 persen. Kemudian kemarin tanggal 13 Juni 2021 sudah 53 persen," kata Fenny, sapaan akrabnya, Selasa (15/6/2021).
"Sementara untuk keterisian ICU yang ada ventilatornya, kurang lebih 63 persen," tambahnya.
Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi overload, Pemkot Surabaya sudah mengimbau RS di Kota Pahlawan. Bukan hanya karena adanya lonjakan kasus Corona, tetapi memprediksi situasi usai Lebaran. Terlebih sebentar lagi Idul Adha.
"Setelah Lebaran yang biasanya ada banyak kasus. Kami sudah menyampaikan kepada seluruh direktur RS untuk inversi tempat tidurnya. Menambahkan untuk tempat tidur pasien positif," jelasnya.
Fenny juga mengatakan, RS di Surabaya total ada 59. Sementara RS rujukan COVID-19 ada 30. "Sisanya nonrujukan, tapi mereka (RS) tetap merawat pasien COVID-19," ujarnya.
Ia lalu menyampaikan, penularan dari COVID-19 varian baru yang ditemukan di Jatim lebih cepat. "Saya yakin virus ini sudah mutasi. Saya lihat penularan lebih cepat dari kemarin. Yang dari awal, sekarang posisi kita kembali ke awal tahun 2021," imbuhnya.
Untuk mengantisipasi penularan, Fenny mengatakan, pihaknya selalu menyampaikan kepada masyarakat Surabaya untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Meski sudah divaksin.
"Selain itu harus dilakukan percepatan vaksin. Di Surabaya kita lakukan percepatan vaksin seluruh kecamatan, Puskesmas door to door. Kita lakukan vaksin massal di lima titik serentak," pungkasnya. (sun/bdh)