"Yang penting ditesting dulu kalau ketemu yang positif diisolasi dan ditelusuri domisilinya. Maka daerah sekitar domisilinya itu yang diisolasi. Bisa jadi kalau dari testing itu ketemu positifnya merata dari berbagai kota di pulau Madura pada akhirnya bisa mengarah pada ke karantina wilayah pulau," paparnya.
Menurut Ato, kegiatan testing yang dilakukan di Jembatan Suramadu merupakan sedikit saja gambaran lonjakan COVID-19. Hal ini juga menjadi sedikit upaya untuk meminimalisir persebaran di Surabaya.
Namun, kegiatan ini juga harus diimplementasikan untuk kegiatan mobilitas dalam kota. Hal ini untuk mendeteksi dan menggambarkan persebaran di Madura.
Selain itu, Ato menilai perlu adanya kesadaran masyarakat Surabaya yang telah melakukan perjalanan libur lebaran atau mobilitas ke Madura untuk melapor ke puskesmas bila ada keluhan kesehatan.
"Yang terpenting, untuk wilayah Madura sendiri jika ada kasus positif dilakukan tracing dalam seminggu ini sudah bertemu dengan siapa saja, termasuk saudara mereka yang mobilitas di Surabaya," ucap Ato.
Sehingga, warga Madura yang ada di Surabaya dapat ditracing lebih lanjut. "Kalau ingin efisien dan efektif, testing di Madura bagus dan ketemu positif maka dilanjutkan dengan tracing yang juga harus bagus. Misalnya dalam seminggu terakhir apakah pernah ada riwayat kontak dengan yang berkunjung dari luar pulau Madura termasuk dari Surabaya," pungkasnya.
(hil/fat)