Hari ini, tepat 6 Juni merupakan tanggal lahir Presiden Ir Soekarno. Ya, Bapak Proklamator itu lahir pada 6 Juni 1901. Soekarno lahir di rumah kampung padat penduduk, yakni Pandean IV, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya.
Detikcom mendatangi rumah kelahiran Soekarno, Sabtu (5/6/2021) malam. Di depan Gang Pandean IV, terpasang prasasti yang bertuliskan 'Di Sini Tempat Kelahiran Bapak Bangsa DR IR Soekarno'.
Rumah kelahiran Bung Karno berjarak 200 meter dari prasasti di depan gang Pandean IV. Dari depan rumah, tampak material bangunan rumah lama yang masih kental. Meski cat di kusen pintu dan tembok telah diperbarui, namun tidak menghilangkan karakteristik bangunan lama.
Sebagai informasi, bahwa rumah kelahiran Bung Karno kini telah dibeli oleh Pemkot Surabaya dan masuk bangunan cagar budaya. Di bagian teras rumah, terdapat sebuah penanda bahwa tanah dan bangunan rumah tersebut telah dimiliki oleh Pemkot Surabaya. Tepatnya pada Agustus 2020 lalu, Pemkot harus merogoh kocek sebesar Rp 1,5 miliar dari sang pemilik rumah. Di atas pintu masuk rumah itu, terdapat sebuah penanda yang bertuliskan 'Rumah Kelahiran Bung Karno'.
![]() |
Memasuki rumah tersebut, aroma lembab sangat terasa. Maklum saja, sejak dibeli Pemkot Surabaya, rumah ini tidak berpenghuni dan hanya ditengok oleh petugas dari Disparta Surabaya seminggu sekali. Kebetulan, di dalam rumah kelahiran Bung Karno berjajar banyak kursi, untuk kegiatan peringatan hari lahir yang rencananya dihadiri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Minggu (6/6/2021).
Saat memasuki ruang tengah, tampak terpasang bacaan Ayat Kursi di atas kusen. Tampak di bagian dalam, arsitektur rumah lama sangat kental terasa. Di ruang tengah, terdapat dua ruang kamar tidur. Satu di antaranya, merupakan kamar di mana Bung Karno dilahirkan.
Namun sayangnya, sejumlah bagian rumah seperti atap dan dapur bagian belakang tampak kurang terawat. Bahkan di lantai dua, tidak ada penerangan lampu, serta banyak kayu bangunan yang sudah mulai lapuk. Maklum saja, rumah ini memang sudah tidak berpenghuni sejak Agustus 2020 lalu.
Simak juga 'Sejarah Lahirnya Pancasila: Sidang BPUPKI dan Pidato Soekarno':
Sejumlah pemuda di kampung kelahiran Bung Karno mendirikan komunitas yakni Kampung Soekarno (Kampoes).
Wakil Kampoes Reza 'Gundul' mengatakan, sejak dibeli Pemkot, rumah kelahiran Bung Karno sering ditutup dan jarang ada warga atau masyarakat umum bisa masuk.
"Sejak Agustus dibeli Pemkot Surabaya memang tertutup. Hari ini dibuka, karena ada persiapan buat acara besok peringatan hari lahir, kebetulan Pak Wali Kota rawuh (datang)," ujar Reza.
"Sebelum dibeli pemkot, yang punya itu tangan ke-4, atau sudah dijual sebanyak 4 kali. Dulu sebelum dibeli pemkot, warga masih bisa keluar masuk untuk melihat atau bahkan masyarakat luar bisa datang untuk masuk," sambungnya.
![]() |
Reza menjelaskan, dari sejumlah kesaksian para sesepuh di kampung itu, presiden pertama Indonesia ini menempati rumah tersebut sejak lahir hingga awal SMP.
"Ada teman biolanya Bung Karno, di kampung sebelah satu angkatan, namun sudah wafat. Beliau sebelum wafat bercerita, bahwa Bung Karno itu kalau sore hafalan ngaji di teras rumah ini. Kalau salat langsung ke langgar (musala) depan rumahnya. Selepas SMP, Bung Karno pindah ke Peneleh, di rumah gurunya HOS Tjokroaminoto," bebernya.
Tugas komunitas Kampoes sendiri selama ini, merawat lingkungan sekitar rumah Bung Karno. Setiap tanggal 5 Juni pada malam hari, digelar syukuran dan tumpengan untuk memperingati hari lahir Bung Karno.