Kota Surabaya baru saja merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) pada Senin (31/5) kemarin. Meski begitu, sekelompok pegiat sejarah menyoal kepastian keabsahan HUT Kota Pahlawan yang sudah memasuki usia ke-728 tahun itu.
Peringatan HUT Surabaya selama ini didasarkan pada peristiwa pengusiran tentara Tartar oleh Raden Wijaya. Peristiwa itu sendiri terjadi pada tahun 1293 lampau. Artinya jika dihitung hingga saat ini sudah 728 tahun.
Adalah Forum yang digelar dari Komunitas Begandring Soerabaia yang membeberkan fakta seputar polemik mengenai HUT Surabaya. Dalam forum itu sejumlah pakar, pegiat sejarah dan jurnalis senior menyebut penetapan 31 Mei sebagai HUT Surabaya gugur dalam fakta sejarah.
Kuncarsono Prasetyo, pendiri Komunitas Begandring Soerabaia mengatakan penetapan 31 Mei sebagai HUT Surabaya dimulai pada 46 tahun yang lalu. Saat itu Pemkot Surabaya membentuk sebuah tim untuk menetapkan HUT Surabaya.
"Pemkot Surabaya waktu itu tahun 1975 membentuk tim yang terdiri dari para sejarawan yang kemudian menetapkan bahwa 31 Mei sebagai Hari Ulang Tahun," kata Kuncarsono kepada detikcom, Selasa (1/6/2021).
Menurut Kuncar, sebelum tahun 1975, sebenarnya Surabaya sudah memiliki HUT yang ditetapkan tanggal 1 April 1906. Adapun HUT itu ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
"1 April 1906 itu bertahan hingga tahun 1975 Pemkot Surabaya mengubahnya. Karena waktu itu pemkot tidak mau HUT ada bau-bau dari kolonial. Makanya dibentuk tim untuk meriset lagi dan mengubah hari ulang tahunya," jelas Kuncar.
"Ada kelaziman kalau rata-rata pemerintah kolonial dulu itu kalau menetapkan HUT kota-kota lainnya tak hanya di Surabaya saja. Di Malang dan lainnya itu tanggal 1 April," imbuh Kuncar.
Kembali ke HUT Surabaya tanggal 31 Mei, Kuncar menjelaskan bahwa tanggal itu tidak mempunyai pijakan atau dasar sejarah. Sebab pemilihan dan penetapan tanggal 31 Mei 1975 juga ternyata saat itu penuh dengan polemik.
"Polemik itu pertama, 31 Mei didasarkan pada peristiwa pengusiran tentara Tartar tahun 1293. Tapi di situ kan tak disebutkan pasti itu terjadi pada tanggal kapan. Kemudian Surabaya juga tidak sama sekali disebutkan dalam peristiwa itu," terangnya.
"Peristiwa pengusiran Tartar dipilih karena dianggap punya nilai heroisme. Padahal tidak ada hubungannya. Itu kan peristiwa kelicikan Raden Wijaya yang berhasil mengelabuhi dan mengusir Tartar jadi tidak ada hubungan dengan heroisme,"
Lalu yang mana HUT Surabaya sebenarnya? Kuncar kemudian menyebut nama Surabaya pernah tertulis di prasasti canggu. Prasasti itu tertanggal 7 Juli 1358. Hal itu kemudian dikuatkan dengan karya Prapanca dalam Negarakertagama yang menyebut Raja Hayam Wuruk pernah mengunjungi Kota Surabaya pada tahun 1365.
"Di prasasti Canggu juga disebutkan ada kata Bekul yang diyakini sebagai Bungkul. Dan Gesang yang dianggap sebagai wilayah Pagesangan. Surabaya sendiri disebut dengan ejaan Churabaya yang artinya tempat di pinggiran sungai," imbuhnya.
Kuncar juga menyebut, jika penetapan HUT kota didasarkan pada adanya tata pemerintahan yang terbentuk pertama kali. Maka hal itu terjadi saat Raden Rahmad yang mulai berdiam di Ngampel Dento dari Trowulan.
"Tapi kalau dilihat dari pemerintahan modern ya pada tanggal 1 April 1906 itu yang versi Belanda. Tapi kita tidak dalam rangka mana versi yang benar. Karena itu perlu kajian sendiri," ujar Kuncar.
Atas dasar polemik itu, tutur Kuncar, pihaknya berencana akan mengajukan itu kepada Pemkot Surabaya. Bahkan sebuah badan khusus juga telah disiapkan untuk merumuskan hari ulang tahun Surabaya.
"Kami berencana mengajukan ke Pemkot Surabaya. Wakil wali kota Surabaya mengapresiasi hal itu. Karena ini upaya kita meluruskan sejarah, untuk itu kami telah menggagas Badan Persiapan Perumusan Ulang Hari Jadi Kota Surabaya (BPPUHJKS)," tandas Kuncar.