Emil mengatakan pada kuartal ketiga tahun 2020 lalu, merupakan titik awal kebangkitan pariwisata di Jatim di tengah pandemi. Saat itu, ia melihat ada kesiapan prokes yang jauh lebih baik di tengah masyarakat.
"Nah saat itu kita dihadapkan pada pembukaan pariwisata, Ada yang mengatakan pariwisata kan bukan kebutuhan primer jadi nanti saja. Tapi kami sadar petani sayur holtikultura kemudian industri camilan itu ndak bisa jualan karena pariwisata ditutup. Nah begitu dibuka tentunya kita sadar bahwa sektor-sektor pariwisata tertentu bisa dijalankan dengan prokes," ujar Emil di Surabaya, Selasa (1/6/2021).
Emil menyampaikan bahwa pariwisata banyak dinilai warga merupakan kebutuhan tersier. Namun, bagi para pekerja yang terlibat di dalamnya termasuk petani yang menggantungkan jualan ke pariwisata, tentu menjadi kebutuhan primer. Dirinya menyakini, pertumbuhan wisata bisa merangkak naik meski saat ini diterapkan PPKM Mikro.
Terkait kesiapan dunia pariwisata Jatim, Emil mengakui tidak ada yang sempurna dan banyak yang harus dibenahi.
"Kalau ada kegiatan diselengarakan di lapangan terbuka tidak ada pengaturan massa, maka itu kemungkinan sangat riskan terjadi pelanggaran prokes, kalau misalnya diselenggarakan di ruang yang bisa dikontrol, siapa tamu yang masuk, tamu yang duduk ini kemudian akan menjadi gong memitigasi risiko tapi kalau di tempat terbuka nanti dulu. Jangan kemudian rencana kita untuk menggenjot ekonomi demi rakyat dan kemudian demi pariwisata itu kemudian hal-hal yang riskan ini diasumsikan bisa dijalankan begitu saja," beber Suami Arumi Bachsin ini.
Di akhir, Mantan Bupati Trenggalek ini juga meminta organisasi ASPPI bisa ikut berperan dalam mendisemenasikan ke masyarakat terkait mitigasi risiko.
"Nah kalau ngomong soal kesiapan pemahaman terhadap hal-hal yang kami sampaikan tadi itu menjadi penting. Jadi kadang-kadang kan, yang ini boleh yang ini nggak boleh, itu kan juga tidak mudah dijelaskan secara rinci,untuk itu kami minta teman-teman ASPPI bisa ikut mendisemenasikan ke masyarakat terkait mitigasi risiko," pungkasnya. (iwd/iwd)