Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas mengatakan, HIPPA merupakan salah satu organisasi atau kelompok tani desa yang dipercaya, dan berperan penting dalam pengelolaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan air irigasi.
Organisasi ini mengkhususkan diri dalam memberikan layanan kepada petani terkait dengan pengelolaan air irigasi tingkat petani dan pengelolaan sumber daya air lainnya.
"HIPPA ini organisasi membawa anggota. Anggota ini yang diatur dalam pengelolaan manajemen airnya," katanya kepada detikcom, Sabtu (29/5/2021).
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan, pada 2020, Banyuwangi menghasilkann 788.971 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 495.079 ton beras. Adapun tingkat konsumsi beras sebesar 165.411 ton. Sehingga pada 2020 terdapat surplus 329.668 ton beras.
"Mereka juga memiliki peranan penting bagi keberhasilan petani. Maka kami apresiasi," tambahnya.
"Riset kita, konsumsi beras per kapita warga Banyuwangi sekitar 94,47 kilogram per orang per tahun. Jadi kita sudah hitung, tahun 2021 ini kita targetkan produksi sekitar 491.000 ton beras, lalu tingkat konsumsi sekitar 165.000 ton, maka ada surplus 325.000 ton beras. Dengan surplus yang besar, tentu tidak perlu beras impor masuk Banyuwangi," ujar Ipuk.
Sementara Sekretaris Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Riza Al Fahroby mengatakan, tugas DPU Pengairan adalah menyediakan wadah, serta berperan dalam memberikan air ke tingkat pelayanan.
"Untuk selanjutnya peran HIPPA. Teman-teman kita ada yang namanya penjaga pintu air. Jadi dalam mengoptimalkan, mengatur air ke sawah-sawah petani," ujarnya.
Sehingga, lanjut Riza, peran HIPPA sangat penting dalam membantu meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
"Organisasi petani pemakai air atau HIPPA sangat menentukan untuk mendongkrak peningkatan produksi pangan secara signifikan," tandasnya.