Menurut pengakuan sejumlah wisatawan, aksi premanisme kerap dilancarkan pelaku kepada wisatawan yang tak mau membayar pungli. Atau kepada pengunjung yang bertanya tentang legalitas dari pungutan tersebut.
"Saya tanya baik-baik mana tiketnya, malah ngotot main ancam-ancam," cerita seorang pengunjung dari Jember, Lutfi (35) saat berbincang dengan detikcom, Rabu (19/5/2021).
Ia memaparkan, praktik pungli tersebut juga dialami pengunjung lainnya dengan besaran bervariasi. Antara Rp 5 ribu hingga Rp 20 ribu per orang. Tergantung situasinya.
"Biasanya, kalau pengunjungnya manut saja, ya seenaknya menarik uang tiketnya," imbuh Lutfi.
Hal senada disampaikan Seno, wisatawan asal Jember. Dia mengaku, saat datang di objek wisata Kalipait tersebut nyaris berantem dengan oknum penjaganya. Sebab, ia ngotot tak mau membayar dengan alasan pungutan tersebut pasti ilegal.
"Terus terang bukan saya takut. Tapi karena saat itu saya lagi bawa istri dan anak saya yang kecil," papar Seno.
Baca juga: Tempat Wisata di Sukabumi Vs Premanisme |
Pantauan detikcom, objek wisata Kalipait yang masuk kawasan TWA Kawah Ijen tersebut lokasinya persis di tepi jalan menuju Kawah Ijen. Kawasan tersebut memiliki view indah, yakni aliran air asam.
Pada akhir pekan, kawasan yang berada di bawah pengelolaan BKSDA Wilayah III Jember itu cukup ramai. Biasanya, pengunjung yang hendak dan pulang dari Kawah Ijen mampir di Kalipait.
Oleh karena itu, oknum yang merupakan warga desa setempat melakukan aksi pungli. Setiap pengunjung yang datang ke Kalipait pasti dipungut uang tiket yang nominalnya bervariasi. (sun/bdh)