Surabaya -
Dua tenaga kerja Indonesia (TKI) atau pekerja migran Indonesia (PMI) terpapar mutasi baru virus Corona. Kini mereka dirawat di ruangan khusus RS Lapangan Indrapura (RSLI).
Mereka baru kembali dari Malaysia. Ada TKI asal Jember terpapar Corona B117 strain UK (United Kingdom), sedangkan TKI asal Sampang terpapar Corona B1351 strain Afrika Selatan (Afsel).
Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof dr Chairul Anwar Nidom memberikan sejumlah rekomendasi pada pemerintah. Salah satunya dilakukan pengujian pada hewan.
"Saya ingin menekankan bukan poin pada TKI dan bukan juga poin varian Afrika, tapi seharusnya dilanjutkan virus yang dibawa TKI ini diuji disimulasikan di hewan. Kemudian nanti dari hewan ini bagaimana penularannya dan bagaimana manifestasi klinik atau patologinya," papar Prof Nidom kepada detikcom di Surabaya, Selasa (18/5/2021).
Hasilnya, bisa diinformasikan pada dokter di Indonesia. Nidom juga menyoroti Menkes Budi Gunadi Sadikin yang hanya mengumumkan adanya temuan kasus ini, tanpa tindak lanjut.
"Nanti dari situ diinformasikan kepada teman-teman di rumah sakit. Tapi Menteri Kesehatan hanya mengumumkan begitu saja. Selanjutnya apa dia menginstruksikan ke litbangkes agar virus yang dari TKI ini diuji coba ke hewan?" jelas Nidom.
Simak video 'Menkes Menghimbau Soal Kasus Mutasi Baru COVID-19 di Indonesia':
[Gambas:Video 20detik]
"Sehingga dalam waktu 7 hari diketahui bahwa virus yang datangnya dari Afrika Selatan ini mempunyai ciri-ciri begini-begini dan itu disampaikan kepada seluruh dokter seluruh Indonesia. Misalnya jika ada masyarakat yang mempunyai ciri-ciri seperti ini, lebih banyak ke arah versi ini dan pencegahannya menggunakan ini. kan begitu seharusnya. Kenapa ini tidak dijalankan begitu?" imbuhnya.
Tak hanya itu, Nidom juga mengimbau penanganan COVID-19 harus dilakukan secara global. Karena virus sudah menyebar dari penjuru dunia ke penjuru lain.
"Jadi varian itu adalah bagian seperti dulu kan ada varian Inggris B117. Nah ternyata di Afrika ditemukan varian yang mirip tapi lain B1351, di Brazil ditemukan dan di India ditemukan varian baru. Nah ini artinya virus ini sudah menyebar di mana-mana, sudah global. Penanganan itu tidak boleh memperhatikan wilayah atau negara. Jadi harus mempunyai pemikiran satu pemikiran. Walaupun belum tentu efeknya itu sama seperti negara asal," ungkapnya.
Kendati demikian, Nidom memaparkan suatu virus belum tentu memanifestasikan seperti negara asal. Karena sangat tergantung pada beberapa faktor. Pertama, faktor genetik dari yang terinfeksi atau manusianya, kedua dari faktor lingkungan dan ketiga dari faktor adakah mutasi yang terjadi tatkala dia ada di Indonesia.
"Nah yang ditemukan di Jawa Timur menurut menkes itu kan faktor kebetulan dan bukan dia penyebabnya karena sudah ada kebetulan TKI itu termonitor. Jadi jangan sampai ada istilahnya menghakimi orang itu. Artinya bukan di situ, bukan orang itu membawa virus, tapi artinya orang itu TKI dari Malaysia sudah membawa varian dari Afrika Selatan padahal orang ini tidak pernah ke Afrika Selatan," jelas Nidom.
"Artinya bahwa pemikiran kita tidak boleh sektoral, harus berpikir global. Jadi orang Indonesia menyelamatkan dirinya harus termasuk bagian dari menyelamatkan dunia," pungkasnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini