"Iya sangat terpengaruh. Seperti tahun kemarin juga tidak boleh mudik, tapi tidak ada pemberhentian operasional angkutan. Kalau ini tanggal 6 sampai 17 Mei ada larangan, berhenti semua transportasi. Itu akan sangat berdampak pada okupansi hotel," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur, Dwi Cahyono saat dihubungi detikcom di Surabaya, Kamis (29/4/2021).
Dwi menambahkan okupansi hotel akan meningkat jika ada pergerakan manusia. Namun, karena semua jenis transportasi dilarang, Dwi menyebut pihaknya lebih mengandalkan staycation.
"Pariwisata itu kan karena pergerakan ya. Kalau tidak ada pergerakan ya bagaimana? Kita sekarang hanya mengandalkan staycation," imbuhnya.
"Jika angkutan tidak boleh beroperasi, ya sama saja, tetap kita mengandalkan staycation. Kalau staycation jumlahnya hanya kurang dari 20%. Jadi kita sebetulnya targetkan pada Idul Fitri ada okupansi 50 sampai 60%, tapi sekarang H-berapa lebaran, okupansinya hanya sekitar 20 sampai 25%," tambah Dwi.
"Tapi sekarang orang-orang juga agak takut bepergian. Kita juga sadar itu salah satu cara efektif untuk memutus mata rantai ini. Tapi di lain pihak, Idul Fitri adalah salah satu momen yang kita tunggu untuk menutup recovery satu tahun pandemi ini," ungkapnya.
Di kesempatan yang sama, Dwi berharap seluruh masyarakat, pengusaha hingga pemerintah benar-benar mematuhi larangan mudik 2021 ini. Agar, pandemi segera berakhir dan geliat hotel hingga pariwisata bisa kembali seperti dulu.
"Harapannya kita bersama-sama bisa menjaga, ini sekarang kan kita Idul Fitri ini puasa lagi, tidak boleh mudik dan lain-lain. Tapi puasa ini harus benar-benar berdampak. Masyarakat seluruh pihak harus menjaga sama-sama," papar Dwi.
"Kalau tetap tidak menjaga sebetulnya sama aja. Kalau seperti ini terus kan ya ekonomi berat sekali. Kita harapkan sama-sama pengusaha, masyarakat, pemerintah harus menjaga protokol kesehatan dengan baik," harapnya.