"Ada juga pendapat masyarakat ketika ada keluhan enggan datang ke faskes, mereka bilang di-covidkan, mereka tidak mau diisolasi. Bahkan ada yang ketika datang ke Rumah Sakit divonis suspect, ketika akan diisolasi mereka ingin pulang," tutur Irin kepada wartawan, Kamis (29/4/2021).
Irin menambahkan tingginya angka kematian positif COVID-19 ini karena virus semakin ganas, juga karena masyarakat datang ke rumah sakit kondisinya sudah parah. Selain itu sudah sesak, saturasinya sudah sangat turun sehingga risiko kematiannya tinggi.
"Fenomena ini menjadikan risiko fatalnya semakin meningkat. Selain itu kesadaran masyarakat akan prokes juga semakin kendor," tandas Irin.
April ini, lanjut Irin, sudah ada 120 pemakaman yang dilakukan tim Satgas COVID-19. Terdiri dari confirm 100 jenazah, sementara sisanya ada yang suspect dan probable.
"Untuk klaster karena kematian sudah sangat meluas itu hampir susah untuk bicara klaster, penularan ada di mana-mana. Sehingga untuk menyatakan klaster ini sudah tidak mudah lagi," imbuhnya.
Irin menjelaskan bika keadaan ini tidak membaik, tak menutup kemungkinan Senin (3/5) depan bisa jadi zona merah. Sesuai evaluasi zona dari BNPB setiap hari Senin.
Meski saat ini Ponorogo masih zona oranye, tapi skornya cukup mengkhawatirkan. Skornya 1,99 terendah di Jatim dan jika 1,8 sudah menjadi zona merah.
"Jadi setiap pergerakan dan kerumunan orang pasti berisiko, selama kerumanan itu tidak prokes," ujar Irin.
Sebelumnya, angka kematian pasien COVID-19 di Ponorogo ternyata melebihi angka prosentase kematian tingkat provinsi Jawa Timur.
Data per 28 April 2021 di akun instagram @dinkes.png, angka kematian pasien COVID-19 mencapai 8,14 persen. Sementara, data per 27 April 2021 di akun instagram @dinkesjatim, angkanya hanya 7,24 persen.
Simak video 'Pesan Jokowi ke Pemda: Vaksin Jangan Distok, Segera Disuntikkan':
(fat/fat)