Pasetran Gondo Mayit merupakan nama pantai di pesisir selatan Blitar. Mitos yang berkembang, itu lokasi yang pas jika ingin bertemu penguasa pantai selatan.
Pantai sepanjang sekitar satu kilometer ini berpasir putih. Pantainya juga terbilang bersih karena jarang didatangi wisatawan. Selain belum banyak yang tahu, akses masuk ke bibir pantai memang baru kelar beberapa bulan belakangan.
Lokasinya tepat di sebelah timur Pantai Tambakrejo Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Kedua pantai ini hanya dibatasi sebuah bukit setinggi sekitar 25 meter. Sepanjang mata memandang, hamparan pasir putih yang bersih, diambang batas air pantai yang menghijau jernih.
Selama ini, masyarakat yang hanya mendengar namanya saja, sudah menilai pantai ini menyeramkan. Pasetran Gondo Mayit, memang nama yang identik dengan hal mistis, bau anyir mayat dan semua yang berkaitan dengan makhluk astral atau dunia supranatural.
Namun ketika detikcom menyambangi, kondisi yang ada berbeda 180 derajat. Tak ada bau anyir mayat, justru semerbak harum dupa menyeruak kala angin berembus kencang. Pengelola pantai, Bagyo mengatakan, nama Gondo Mayit ini dimunculkan karena lokasi ini memang baunya harum kembang dan dupa yang biasanya diletakkan di sisi jenazah atau makam.
"Maksudnya Gondo Mayit itu bukan bau mayat membusuk. Tapi bau kembang dan dupa dekat jenazah atau makam. Asal baunya dari pasetran di atas sana," kata Bagyo sambil menunjuk bukit di sisi timur pantai, Kamis (29/4/2021).
Pasentran disebut Bagyo menyerupai petilasan. Danyang atau tokoh yang babad lokasi di sini, konon bernama Adnan. Dia mempunyai kekuatan lebih karena sering bersemedi di atas bukit itu untuk bertemu penguasa pantai selatan.
Lokasi tempat Adnan bersemedi inilah, sumber bau harum yang semerbak sampai ke pantai di bawahnya. Masyarakat yang menyadari potensi wisata mistis ini, kemudian membangun paseban seluas 4x4 meter. Untuk menuju ke sana, kita harus berjalan menapaki tatakan beton sejauh 100 meter.
"Di sinilah Mbah Adnan ada yang bilang mukso. Tapi versi lain menyebut, Mbah Adnan meninggal ketika semedi di sini, lalu jenazahnya dimakamkan di pemakaman utara desa ini. Lokasi ini kemudian tetap dipakai orang yang punya hajat untuk tirakat," ungkapnya.
Seperti umumnya budaya Jawa, kearifan lokal ini terjaga dengan hadirnya sesaji berupa bunga dan dupa. Namun Bagyo mengaku, semua kalangan datang ke paseban ini untuk berdoa bersama. Ada yang membaca Yasin dan tahlil, ada umat Hindu sembahyang bersama, umat Budha dan Nasrani dari dalam dan luar negeri.
"Kalau yang punya hajat khusus, biasanya tirakat beberapa malam seorang diri di sini. Beberapa mengaku, mereka berhasil sowan atau bertemu penguasa pantai selatan," ujar pria 43 tahun ini.
Suasana di atas yang sejuk, terasa menentramkan dan menenangkan. Memang cocok untuk melepas penat dan sejenak lari dari aktivitas harian. Dari paseban, kita bisa melihat deburan ombak yang memecah di bibir pantai berpasir putih. Itu kalau siang hari, mungkin kalau malam suasananya lebih syahdu lagi.
Ketika kami turun dari bukit, tampak sebuah mobil mendekati bibir pantai sisi timur, tepat di bawah pasetran. Dua orang wanita berhijab turun lebih dulu, sambil mengeluarkan sebuah kursi kayu. Mereka mengaku rombongan keluarga dari Kediri.
![]() |
"Bibi saya sakit sudah enam bulan ini. Diperiksa ke dokter mana saja, gak ada yang tahu penyakitnya. Perutnya membesar. Kami ikhtiar ke sini, ada yang menyuruh supaya bibi dimandikan pakai air pantai di sini," kata Tinuk menjawab tujuannya datang ke pantai ini.
Rupanya ada syarat lain supaya proses pengobatan membuahkan hasil. Prosesi mandi sang bibi, harus menunggu sinar matahari lingsir ke barat, atau mendekati pukul 17.00 WIB.