Pantauan detikcom di rumah salah satu perajin, Sulamti, terlihat tumpukan tas. Bahkan di ruangan berukuran 25 meter persegi juga tampak bahan baku jali-jali yang belum dianyam dari berbagai warna. Mulai dari warna magenta, pink kristal, lilac, lavender, putih, soft pink, biru dan seterusnya.
"Saat ini paling ramai tas anyaman jali-jali terutama warna pastel," tutur Sulamti kepada wartawan, Rabu (28/4/2021).
Sulamti menambahkan, saat orderan menumpuk, dalam sebulan mampu memproduksi enam ribu tas. Dia bekerja sama dengan 60 perajin. Untuk satu tas biasanya ada bagian sendiri. Mulai dari penganyam, pemasang tali tas, pasang kuncian hingga pasang tali pinggir.
"Untuk satu tas dipatok harga mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu tergantung ukuran, penggunaan resleting, ditandai nama," jelas Sulamti.
Menurutnya, tren saat ini tas anyaman jali-jali bisa digunakan untuk kondangan dan disesuaikan warnanya. Padahal sebelumnya, tas jali-jali biasa digunakan ibu-ibu untuk berbelanja ke pasar.
"Sejak dua tahun terakhir tren tas jali-jali naik," imbuh Sulamti.
Sulamti mengaku, saat ini penjualannya terbantu dengan adanya online shop. Dia pun memasarkan dagangannya melalui Instagram @kinkin9332.
"Saya kirim ke Kediri, Banyuwangi, Ngawi, Madiun, Yogyakarta, Kendal, Bekasi, Tangerang, Jakarta Selatan, Makassar, Lampung, Tarakan, Bali," papar Sulamti.
Sementara Wabup Ponorogo Lisdyarita menambahkan, kegiatan menganyam tas ini bisa membantu perekonomian warga Ponorogo. "Ibu-ibu sambil nonton TV, bisa sambil menyulam. Bisa menambah penghasilan keluarga," terang Lisdyarita.
Pihaknya pun sering memperkenalkan tas anyaman warganya kepada Gubernur, istri Wakil Gubernur Jatim serta anggota DPR RI.
"Akhirnya banyak pesanan yang datang. Semoga dengan semakin banyak yang memakai tas anyaman bisa menambah luas pasar," pungkas Lisdyarita. (sun/bdh)