"Nggak akan efektif. Saya sudah bilang di mana-mana nggak akan efektif. Orang sudah pada mudik semua kok. Tiket pesawat juga banyak dipesan tanggal 1 sampe tanggal 5. Jadi ya sudah pada mudik," kata Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio saat dihubungi detikcom di Surabaya, Selasa (20/4/2021).
Agus pun menyarankan pemerintah untuk meningkatkan testing dan tracing sesuai rekomendasi WHO, usai lebaran nanti.
"Sekarang saya cuma minta pada pemerintah lakukan testing dan tracing sesuai dengan rekomendasi WHO jumlahnya. Supaya kita bisa tahu, bisa memisahkan yang terinfeksi atau belum, yang masih OTG. Karena tanpa testing dan tracing sesuai saran WHO, kita akan kebobolan kayak India," paparnya.
Selain itu, Agus juga mengimbau tiap daerah menyiapkan karantina bagi pemudik. Hal ini agar ada pendataan yang jelas terkait siapa saja masyarakat yang mudik sejak awal.
"Iya lebih banyak masyarakat mudik di awal, kan yang dilarang tanggal 6 sampai 17 Mei. Itu bagaimana kesiapan daerah menyiapkan karantina 14 hari, didata dari mana, itu kan selama ini belum dibahas. Jadinya dilepas saja," imbuh Agus.
"Model-model orang Tegal kan pulang dari puasa pertama, nah itu sudah membawa banyak kuman," tambahnya.
Di tahun lalu, Agus mengaku telah menyarankan pemerintah untuk menerapkan lockdown total di seluruh Jawa. Namun, usulan ini tak digubris.
"Di Indonesia kalau untuk lebaran nggak bisa, kecuali kita lakukan lock down total. Yang saya usulkan tahun lalu bulan Maret lockdown Jawa semuanya, tapi kan nggak dilakukan. Setiap ada liburan kasusnya selalu naik. Lebaran juga naik," ungkapnya.
Agus menambahkan usulan lockdown pulau Jawa juga tak bisa lagi diterapkan di tahun ini karena sudah terlambat. Agus menyebut virus sudah terlanjut menyebar.
"Kalau yang masih waras ya di rumah aja. Tapi kalau lockdown total sekarang ya terlambat, karena virus sudah menyebar di seluruh Indonesia. Waktu itu saya sarankan lockdown Jawa karena belum, ditutup penerbangan dari China, Wuhan itu banyak sekali, tapi nggak dilakukan," jelas Agus.
"Sekarang sudah nyebar, ditutup lagi mau gimana. Sekarang testing, tracing aja, dikarantina. Tapi pertanyaannya, ada nggak dokternya, ada nggak rumah sakitnya? Kita siap-siap itu, makanya testing dan tracing harus jelas. Di India testing tracingnya tinggi, makanya bisa ketahuan begitu. Kalau kita nggak tinggi, itu pada ngumpet semua dan pasti berbahaya. Karena vaksin nggak menyelesaikan masalah, 4 dari 10 kawan-kawan yang sudah vaksin dua kali tetap terpapar," pungkasnya. (hil/iwd)