Sandi sebagai pemilik Sandi Record mengaku kaget karena gugatan itu tiba-tiba muncul tanpa ada somasi yang dilayangkan.
"Sebelum pengadilan dari Rhoma tidak ada komunikasi. Somasi aja ndak ada tidak saya terima," ujar Sandi kepada detikcom, Jumat (16/4/2021).
Dalam persidangan, kata Sandi, dirinya juga sempat menanyakan terkait somasi. Namun dari pihak Rhoma Irama kebingungan karena tak bisa menunjukkan bukti jika sudah mengirimkan somasi terkait lagu yang diunggahnya di platform YouTube dan Amazon.
"Katanya sih sudah dikirim. Tapi pada saat sidang mereka bingung tidak bisa menunjukkan bukti," tambahnya.
Bahkan, pria yang juga ketua Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) terkait royalti lagu ini pernah duduk bareng dengan Rhoma Irama yang merupakan komisaris LMK. Dan tak pernah membahas tentang lagu-lagu yang di-publishnya itu.
"Kita ini satu lembaga. Saya ketua, beliau itu komisaris. Sudah sering ketemu bahkan satu ruangan. Kok tidak ada komunikasi. Makanya setelah laporan masuk ya saya hadapi, Alhamdulillah pengadilan sangat adil," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Raja dangdut Rhoma Irama kalah melawan Sandi Record. Rhoma Irama menggugat Sandi Record sebesar Rp 1 miliar terkait royalti lagu miliknya. Gugatan itu dilayangkan ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Dalam gugatannya, Sandi dianggap sudah melanggar hak cipta karena memproduksi dan mengunggah lagu-lagu ciptaan Rhoma ke YouTube tanpa izin. Rhoma merasa tidak pernah memberikan izin untuk 30 lagu yang diunggah Sandi ke YouTube.
Namun Pengadilan Negeri Surabaya menolak gugatan tersebut dengan alasan Sandi Record sudah membayarnya. Dalam persidangan, tergugat dalam hal ini Sandi Record ternyata mempunyai bukti bahwa telah membayar royalti.
"Ya betul. Ditolak karena gugatan hak cipta yang didalilkan oleh Haji Rhoma Irama tentang pembayaran royalti itu ternyata dari tergugat sudah bisa dibuktikan bahwa dia sudah membayar," jelas humas PN Surabaya Martin Ginting kepada detikcom, Jumat (16/4/2021). (iwd/iwd)