Siswa Surabaya Kategori Penghasilan Rendah Dampak Pandemi COVID-19 Meningkat

Siswa Surabaya Kategori Penghasilan Rendah Dampak Pandemi COVID-19 Meningkat

Esti Widiyana - detikNews
Kamis, 15 Apr 2021 08:45 WIB
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi
Wali Kota Eri Cahyadi (Foto: Esti Widiyana/detikcom)
Surabaya -

Data siswa Surabaya yang masuk kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) meningkat 8.309 pelajar. Tahun lalu, ada 1.174 siswa kategori MBR dan sudah mendapat penanganan lewat BOS, Bopda dan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan.

Meningkatnya jumlah MBR ini dampak dari pandemi COVID-19 sejak 2020 lalu. Hal ini diketahui usai Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya melakukan pendataan.

Pendataan yang digelar sejak bulan lalu ini meliputi pengumpulan data pagu rombongan belajar, hingga data siswa yang tidak mampu.

"Tahun ini total siswa yang masuk data MBR jumlahnya mencapai 8.309 pelajar. Tingginya data tersebut karena dua faktor, pertama pandemi COVID-19. Warga yang semula memiliki penghasilan tetap lalu menganggur, mungkin karena diberhentikan dari pekerjaan," kata Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara kepada wartawan di Surabaya, Kamis (15/4/2021).

Penyebab kedua, jelas dia, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) belum berjalan. Sehingga, pemkot belum mengetahui data lengkap pelajar yang diterima di jalur prestasi, pindah tugas orang tua, afirmasi, serta zonasi.

Untuk mengatasi hal ini, Febri mengaku pihaknya mengumpulkan 65 pengusaha. Tujuanya mengajak pemilik perusahaan turut membantu pendidikan di Surabaya. Sebab, tidak semua siswa MBR mendapatkan BOS dan Bopda.

Simak juga Video "Warga Miskin di DKI Meningkat, Anies: Perlu Ada Keseriusan Program":

[Gambas:Video 20detik]



Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berharap, pengusaha bisa mengambil peran lewat program CSR. Nantinya, dana dari perusahaan itu digunakan sebagai bantuan biaya pendidikan.

"Teknisnya, pengusaha menyalurkan dana itu, kemudian langsung diberikan ke sekolah. Pengusaha menjadi orang tua asuh bagi siswa yang tidak mampu," kata Eri.

Eri menyebut pemkot telah menghitung kebutuhan biaya pendidikan setiap siswa. Selama tiga tahun, seorang siswa membutuhkan dana sekitar Rp 4,5 juta. Menurut Eri, pengusaha tidak sebatas menjadi orang tua asuh. Namun, Dispendik akan memberikan laporan berkala.

"Isinya prestasi anak asuh. Evaluasi itu diberikan pada pengusaha. Kami akan kenalkan siswa pada orang tua asuh. Tujuannya bantuan tepat sasaran," ujarnya.

Sementara Kepala Dispendik Surabaya Supomo mengatakan, setelah pertemuan dengan 65 pengusaha, pihaknya akan melakukan tindak lanjut. Yaitu merancang nota kesepakatan kebijakan CSR yang tertuang dalam MoU.

"Dispendik juga merancang sebuah aplikasi. Fungsinya untuk memberikan informasi terkait capaian prestasi siswa MBR itu. Pengusaha yang jadi orang tua asuh mendapatkan laporan prestasi anak yang dibantu," jelasnya.

Nantinya, sebanyak 2.500 siswa dipastikan mendapat bantuan. Para pelajar ini juga dipastikan telah mendapat orang tua asuh.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.