Sebuah kolam renang di Lingkungan Tamperan, Kelurahan Sidoharjo ditutup sejak puluhan tahun silam. Tempat yang berada tak jauh dari Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tamperan itu dikenal angker. Warga pun mengaitkannya dengan legenda kerajaan kera.
"Jadi di tempat tersebut katanya dulu ada kerajaan kera (gaib)," kata tokoh masyarakat setempat, Ki Pitoyo berbincang dengan detikcom, Selasa (13/4/2021).
Konon kolam renang tersebut dibangun tahun 1950-an. Fasilitas olah raga tersebut dibuat untuk menggantikan bangunan gudang gaplek yang sudah ada sejak zaman Belanda. Sejak pertama kali difungsikan, lanjut Ki Pitoyo, peristiwa pengunjung tenggelam kerap terjadi.
"Seperti halnya manusia, mungkin juga pemilik kerajaan (kera) itu merasa terusik atau terganggu dengan pembangunan kolam," ucap Pitoyo mengutip cerita sesepuh masyarakat setempat yang sudah meninggal dunia.
Ki Pitoyo menuturkan, beberapa tahun lalu dirinya pernah mendampingi kru televisi syuting di lokasi kolam. Kala itu pengambilan gambar juga melibatkan paranormal. Usai take si paranormal membuat sketsa lukisan berbentuk raja kera.
Lihat juga Video: Kisah Mistis Dibalik Lukisan Oei Hui Lan, di Sudut Restoran Melati, Malang
Pitoyo pun meminta izin membawanya pulang. Dia bermaksud menyimpannya untuk koleksi. Setibanya di rumah lukisan diletakkan di sebuah ruangan. Malam harinya peristiwa aneh terjadi. Suara gemertakan terdengar dari sekitar lukisan.
"Bahkan pintu rumah seperti didorong-dorong. Akhirnya pagi harinya lukisan itu saya kembalikan kepada yang bikin," tambahnya seraya menjelaskan isi lukisan berupa kera yang memakai mahkota.
Seiring kemajuan kehidupan masyarakat Kabupaten Pacitan, cerita mistis seputar Kolam Renang Tamperan lambat laun pudar. Masyarakat sekitar leluasa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa perasaan takut atau resah.
![]() |
Jalan yang berada di samping kolam juga tak pernah sepi lalu lalang orang. Terutama pada siang hari. Di sisi kolam yang mangkrak juga terdapat jalan menanjak. Jalan itu merupakan akses pintas penghubung kawasan pantai dengan permukiman dan tembus ke jalur utama Pacitan-Solo.
"Kehidupan itu kan memang ada yang nyata, ada yang gaib. Semua itu merupakan kuasa Allah SWT. Jadi apa yang ada itu justru harus semakin menguatkan keimanan kita kepada Allah," pungkas Ki Pitoyo.