Kampung Miliarder tersebut berada di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu. Seiring waktu berlalu, warga pun merasa terganggu dengan kehadiran mereka.
Sehingga banyak rumah warga yang tertutup rapat. Warga enggan bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Seperti pantauan detikcom di lokasi.
Salah seorang warga Kampung Miliarder, Kholikoh (50) mengatakan, dirinya dan warga lainnya capek menerima tamu tidak dikenal. Seperti para sales yang menawarkan properti, investasi saham dan juga yang lainnya.
"Iya Mas, memang setelah viral itu, banyak sekali orang-orang itu datang ke sini ( Sumurgeneng). Tiap hari itu ada saja yang minta sumbangan. Itu ada yang dari luar kota. Ada yang dari Semarang, Yogya, pokoknya buanyak," kata Kholikoh kepada detikcom di rumahnya, Jumat (9/4/2021).
"Selain itu media juga banyak. Yang promosi atau nawarkan investasi juga banyak. Jadi sekarang banyak rumah yang pintunya tertutup," imbuhnya.
Menanggapi hal itu, akhirnya ada beberapa banner imbauan dipasang. Tujuannya agar orang luar desa tidak masuk Kampung Miliarder tanpa izin Pemdes. Dalam sebuah banner tertulis 'STOP!!! Pengamen, Pengemis, Pemulung, Peminta Sumbangan, Sales Dilarang Masuk'.
Beberapa waktu lalu, Desa Sumurgeneng disebut sebagai Kampung Miliarder. Sebab, banyak warganya yang mendapat uang ganti rugi lahan hingga miliaran Rupiah. Lahan tersebut dibeli Pertamina untuk kilang minyak.
Banyak warga yang akhirnya memborong mobil dan membeli lahan di tempat lain. Banyak juga yang memilih merenovasi atau membangun rumah.
Simak juga video 'Cerita Miliarder-miliarder Dadakan di Tuban':
(sun/bdh)