Penggiat seni dan sejarah, Sudirman membenarkan hal itu. Bahkan dirinya pernah beberapa kali menemui cerita soal legenda Golan Mirah. Percaya atau tidak percaya, tetap saja legenda itu tetap ada hingga kini.
Seperti air sungai pertemuan antara Desa Golan dan Mirah pun tidak bisa bersatu. Bagaikan air dan minyak.
"Air pertemuan dua sungai itu sampai sekarang tidak bisa menyatu, seperti ada minyak dan air" ujar Dirman saat berbincang kepada detikcom, Senin (5/4/2021).
Selain sungai, jelas Dirman, kebetulan istrinya berasal dari Desa Golan, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo. Dia membantu masak di rumah kakak sepupu, namun ternyata masakan itu tidak matang-matang. Padahal gas dan api yang keluar tidak ada gangguan.
"Ternyata ada tamu yang berasal dari Mirah, masakan tadi tidak matang. Padahal sudah banyak tamu yang datang, akhirnya tamu tadi setelah selesai dipersilahkan kembali. Selepas tamu itu pergi kemudian masakan di dapur pun bisa matang dan disajikan ke tamu undangan," jelasnya.
"Terus diajak ngobrol, ternyata dia Carik Golan. Akhirnya mekaniknya menyerah bilang tidak bisa memperbaiki karena berasal dari Desa Mirah," terang Dirman.
Kejadian lain juga terjadi. Dirman menceritakan jika waktu itu istrinya bekerja sebagai perias pengantin di Desa Golan. Pengantin tersebut menikah dengan pria idamannya. Saat prosesi pernikahan berbagai ritual dilakukan. Keduanya menikah. Namun setelah prosesi, mereka justru bercerai.
![]() |
"Ternyata pengantin pria ada keturunan dari Mirah, keduanya harus berpisah karena taruhannya nyawa," imbuh Dirman.
Melihat legenda Golan Mirah yang melekat di masyarakat dua desa tersebut, Dirman pun berpesan ke depan agar selalu berhati-hati dalam bersikap, bertindak dan berucap.
Pun jika berbuat baik maka teruskan, jika ragu-ragu bisa berakibat buruk atau langsung ditinggalkan saja.
"Karena kata-kata adalah doa, pujian, dan harapan. Harusnya kata-kata yang keluar baik saja," pungkasnya.