Kuncarsono Prasetyo, pemerhati sejarah dan budaya Surabaya menyebut, hikayat itu hanya guyonan semata. Ia pun meminta tak perlu menyeriusi terkait hikayat tersebut.
"Itu tulisan guyonan. Sanepan kalau boso Surabayanya," ujar Kuncarsono kepada detikcom, Kamis (1/4/2021).
Meski begitu, Kuncarsono menyebut makanan rujak memang tak hanya ada di Indonesia atau Surabaya saja pada khususnya. Ia menyebut, di negara lain juga ada dan namanya yakni 'rojak'.
"Memang gak hanya di Indonesia. Di Malaysia juga ada rujak. Sebutannya rojak," tutur Kuncarsono.
"Di Malaysia kebanyakan yang (menjual atau membuat) orang India. Ya gitu campuran-campuran varian ditambahi petis buah-buahan. Sebenarnya konsepnya sama ya dicampur-campur gitu," imbuhnya.
Menurutnya, untuk urusan menu makanan, di Indonesia memang banyak dipengaruhi dari India. Ia kemudian mencontohkan roti maryam dan gule yang banyak ditemui di kawasan Sunan Ampel.
"Saya gak tahu ya apakah rujak itu dibawa dari India atau tidak. Karena soal menu makanan ini kan kita banyak dipengaruhi dari India," jelasnya.
Sedangkan terkait hikayat yang menyebut dari Mesir, ia mengaku belum membaca riset lebih lanjut terkait klaim itu. Namun, ia menganggapnya hanya sebatas guyonan saja.
"Ya ini malah bilang dari Mesir. Tapi saya nggak tahu ya karena belum baca soal riset rujak. Tapi saya anggap guyonan," imbuh Kuncarsono.
Sebelumnya, sebuah hikayat yang beredar dan dilansir Good News From Indonesia (10/3/20) menyebut, rujak cingur berasal dari Mesir. Makanan itu merupakan hasil temuan seseorang bernama Abdul Rozak.
Makanan itu kemudian dipersembahkan ke Raja Firaun Hanyokrowati yang tengah ulang tahun. Rasa rujak cingur itu rupanya berhasil mencuri perhatian Firaun dan akhirnya menjadi makanan kesukaannya. (sun/bdh)