Penyakit stroke memiliki sejumlah gejala. Mulai dari sulit berjalan, berbicara dan sulit memahami, kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, hingga tungkai karena gangguan gerak motorik.
Untuk mengembalikan seperti keadaan semula, bisa dilakukan terapi rehabilitasi. Ini untuk merangsang organ tubuh agar kembali baik.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (FK UM) Surabaya, Rafly Basyara Al Faizan dan tim berinovasi membuat Bulstopper. Bulstopper merupakan alat terapi jari bagi penderita stroke dengan robot yang berbentuk tangan.
![]() |
"Kami membuat alat rehabilitasi dan mendiskusikan dengan dosen pembimbing dan bertanya dengan dosen pengajar rehabilitasi. Katanya bagus idenya, tapi lebih bagus bisa menggerakkan jari ke jari, karena jayanya masih belum ada dan didiskusikan kembali, dan jadilah Bulstopper. Di antara sekian terapi stroke, rehabilitasi konvensional salah satu yang paling terkenal. Saat melakukan terapi stroke, pasien akan dibantu oleh terapis untuk dapat kembali mengontrol fungsi gerak tubuhnya," kata Rafly kepada detikcom, Rabu (31/3/2021).
Terapis, jelas dia, menggunakan sarung tangan yang telah dipasang sensor. Sehingga setiap gerakan yang dibuat terapis akan diikuti robot tangan yang dipakai pasien. Adapun dua alat yang digunakan untuk bisa menggerakkan jari-jari pasien stroke yakni sarung tangan biasa warna putih sebagai alat penggerak dan sarung tangan 3D printing untuk pasien strokenya.
"Kami pernah melihat langsung ke alat rehabilitasi di RSU dr Soetomo, alatnya sama 3D printing. Tapi di RSU dr Soetomo geraknya samaan, tidak fokus ke jari per jarinya, ada slot jari. Membedakan dengan alat kami cara menggerakkannya harus ada monitor yang menggerakkan," jelasnya.
Simak juga 'Benarkah Mandi Harus Mulai dari Kaki ke Atas agar Tak Kena Stroke?':
"Sarung tangan putih sebagai alat penggerak, kalau digerakkan jari kelingking, nanti alat 3D printing akan ngikut apabila bisa sudah terkonek keduanya," tambahnya.
Untuk menyambungkan kedua alat, membutuhkan koneksi bluetooth dan daya power bank. Artinya, terapi yang dilakukan terbatas oleh waktu dan besarnya dari kapasitas power bank tersebut. Ukuran robot tangan juga masih custom sesuai ukuran jari pasien.
Namun, inovasi ini belum dipraktikkan ke pasien stroke langsung. Karena terkendala pandemi COVID-19.
![]() |
"Masih belum ke pasien secara langsung. Alat ini jadi itu bulan Maret 2020, setelah itu mau dikonsulkan ke RSU dr Soetomo, karena dosen kami dokter rehabilitasi di sana, lalu pandemi COVID-19. Jadi ditunda dulu," jelasnya.
Meski masih memerlukan penyempurnaan, inovasi mahasiswa angkatan 2019 ini mampu meraih berbagai prestasi. Bahkan di ajang internasional, bersaing dengan 20 negara.
Rafly berharap, Bulstopper ini bisa bermanfaat bagi pasien, khususnya pasien stroke. "Semoga bisa segera digunakan. Karena masa pandemi gini juga, pasien sering ke RS kemungkinan besar bisa membantu rehabilitasi di rumah," pungkasnya.