Menanggapi hal tersebut, Kadis Kelautan dan Perikanan Jawa Timur Gunawan Saleh mengaku tidak bisa mengintervensi keputusan impor garam. Padahal di Jatim, ada 469.044,56 ton garam yang masih berada di petani.
"Stok kami Jatim yang ada di petani bulan Maret ini ada 469.044,56 ton. Itu stok di Jatim sekarang. Dan tidak laku karena harganya terlalu murah diambil dari pabrik," ujar Gunawan di Surabaya, Selasa (30/3/2021).
Gunawan menjelaskan, impor garam 3 juta ton yang diprogramkan pemerintah rencananya digunakan untuk industri, yakni bahan baku pabrik kaca dan kertas.
Pihaknya sendiri mengakui, harga garam impor memang murah. Bila impor dari Australia harganya Rp 600/kg. Sedangkan dari India harganya Rp 400/kg.
"Di kita (Petani) menjual di tambak Rp 500/kg, belum ongkosnya, bisa sampai Rp 800/kg. Tapi kalau nasionalisme, secara kita orang nasional harusnya membeli produk kita sendiri dan dinikmati kita sendiri. Bukan masalah untung ruginya," bebernya.
"Importir lebih bagus, kalau di luar negeri itu sudah pakai mesin, kita pakai tradisional. Upaya kami, hanya memperbaiki kualitas. Dulunya kualitas di bawah 90 Hcl, sekarang bantuan-bantuan kami berikan seperti hibah ke petani ini meningkatkan bisa sampai 97 Hcl. Produksi kita di Jatim 65 persen kualitas 97 Hcl. Sisanya masih tradisional di bawah 90 Hcl," ungkapnya.
Dirinya menambahkan, target panen garam di Jatim berada di angka 900 ribu ton. Namun, tahun 2020 tercapai 360 ribu ton. Penyebabnya, harga murah membuat petani garam beralih ke petani tambak.
"Target kita 900 ribu ton tahun 2020, tercapai 360 ribu sekian. Harusnya kita naik 5 persen, karena harga garam sangat turun, masyarakat enggan produksi, mengalihkan ke tambak ikan. Sekarang banyak di lapangan di jual Rp 300/kg, buat ongkos angkut aja habis, akhirnya dibiarkan di gudang tambak itu. Terbesar di Sampang," pungkasnya.
Sebelumnya, petani garam di Kabupaten Probolinggo dengan tegas menolak rencana pemerintah impor garam. Karena, stok garam di Kabupaten Probolinggo masih melimpah. Stok ini merupakan sisa panen dua tahun lalu di tingkat petambak garam yang belum terjual.
"Stok garam sisa panen tahun sebelumnya masih ada dan belum terjual, total mencapai 2 ribu ton lebih garam tersimpan di rumah-rumah petambak garam di wilayah Probolinggo Raya. Untuk itu kami menolak rencana pemerintah impor garam sebanyak 3 juta ton," ujar Ketua Paguyuban Petambak Garam Probolinggo, Buhar di Probolinggo, Sabtu (27/3/2021).
Buhar mengaku sering didatangi para petambak garam. Mereka juga mengeluh dan menolak rencana pemerintah impor garam. Karena jika impor dilakukan, akan sangat merugikan petambak garam.