Tragedi anak bunuh bapak terjadi di Malang dan Trenggalek. Sang anak sebagai pelaku kedua-duanya terindikasi mengidap gangguan jiwa.
Anak bunuh bapak di Malang terjadi di Dampit. AD (26) membunuh bapaknya, Tamin (46) pada Selasa (23/2) dini hari. Saat itu warga mendengar AD berteriak-teriak dari dalam rumahnya. Warga tak curiga karena AD memang kerap diketahui sering berteriak-teriak pada tengah malam.
"Ada warga mendengar teriakan dini hari tadi, dari rumah anak korban. Tetapi tak dihiraukan, karena AD seringkali berteriak pada malam hari," ujar Kades Bumirejo, Sugeng Wicaksono kepada wartawan.
Esok paginya, kerabat yang datang ke rumah AD terkejut. Korban yang merupakan Ayah AD ditemukan tewas bersimbah darah. Pada tubuh korban terdapat sejumlah luka bacok.
"Kerabat yang datang melihat Pak Tamin bersimbah darah di dalam rumah. Ada bekas luka senjata tajam di bagian kepala tangan serta kaki," tutur Sugeng.
Saat warga menemukan jenazah korban, AD tak ada di lokasi. AD kabur sebelum jenazah bapaknya ditemukan.
![]() |
"AD, anak korban lari. Tidak ada dalam rumah," lanjut Sugeng.
AD dikatakan Sugeng sudah cukup lama mengalami depresi. Namun belum diketahui apakah depresi itu sebelum atau sesudah AD bercerai dengan istrinya. AD, kata Sugeng, juga pernah berobat di rumah sakit jiwa.
"Beberapa tahun belakangan (depresi). AD sudah sering dibawa kemana-mana untuk berobat, dan pernah ke RSJ," kata Sugeng.
Di Trenggalek, SC (35) membunuh bapak angkatnya, Wardi (47), warga Dusun Kasihan, Desa/Kecamatan Dongko, Trenggalek.
Kepala Desa Dongko, Marni mengatakan, pembacokan dilakukan SC terhadap tiga anggota keluarganya. Awalnya, korban Maryono meminta pelaku untuk membelikan korek api.
Simak juga 'Gegara Makan Sahur, Seorang Anak Bunuh Ayahnya di Trenggalek':
Namun saat kembali ke rumah, pelaku hanya memberikan korek api yang tidak ada isinya. Sehingga tidak bisa dinyalakan. Saat itu Maryono protes dan melempar korek tersebut di hadapan pelaku.
"Mbah Maryono bilang wong korek nggak enek isine kok dituku (korek tidak ada isinya kok dibeli). Kemudian dilempar ke depan pelaku dan pelaku akhirnya marah," ujarnya.
Saat itu juga pelaku pembacokan langsung mengambil dua bilah sabit yang ada di rumah tersebut, dan mengancam Maryono (74) serta Juminem (64). Mendapat ancaman dari pelaku, kedua korban berusaha menyelamatkan diri.
"Dikejar sama pelaku, Mbah Juminem sempat dibacok bagian belakang. Kemudian karena Mbah Maryono tidak terkejar, pelaku melempar sabit tersebut hingga mengenai tubuhnya," jelas Marni.
Setelah kedua korban lari, pelaku SC kembali ke rumah dan masuk ke dalam kamar. Saat itu ia mendapati bapak angkatnya Wardi sedang tertidur. "Akhirnya dibacok oleh pelaku pada bagian leher hingga tewas," imbuhnya.
Marni mengatakan pelaku mengalami gangguan jiwa. Menurutnya, yang bersangkutan sering mengamuk jika memiliki keinginan yang belum terpenuhi.
"Dia itu sering jalan tanpa arah. Kemudian sebelumnya juga pernah ngamuk dengan keluarganya," kata Marni.
Ia menjelaskan, selama ini pelaku pembacokan menjalani rawat jalan kejiwaan. Secara rutin perawat ODGJ Puskesmas Dongko memberikan obat kepada SC.
"Pelaku ini rawat jalan, jadi ada petugas yang memberi obat," jelasnya.
Kasat Reskrim Polres Trenggalek AKP Tatar Hernawan mengatakan, pelaku diduga mengalami gangguan jiwa berdasarkan keterangan sejumlah keluarga, maupun saksi yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Selain itu pelaku juga telah masuk data orang dengan gangguan kejiwaan di Dinas Sosial Trenggalek. "Namun untuk memastikannya kami akan melakukan pemeriksaan kejiwaan dulu," kata Tatar.