"Sekarang yang paling diincar bibit porang atau katak, harganya mencapai Rp 300 ribu per kilogram," tutur Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Ponorogo, Medy Susanto kepada detikcom, Rabu (17/3/2021).
Sebab, saat ini banyak petani yang beralih menanam porang. Ia khawatir jumlah produksi berlebih dibandingkan permintaan. Sehingga harga bisa turun.
"Kalau banyak yang menanam kan otomatis nanti hasil panen melimpah, harganya bisa turun. Tapi mudah-mudahan tetap menguntungkan petani," imbuh Medy.
Harga jual umbi porang basah, lanjut Medy, saat ini mencapai Rp 9 ribu per kilogram. Biasanya jika ditanam dari umbi membutuhkan waktu tanam sepanjang 2 tahun. Sementara jika ditanam dari katak bisa memakan waktu 3 hingga 4 tahun.
"Kalau yang ditanam jarak tanamnya rapat, biasanya yang diambil kataknya. Harganya menjanjikan," imbuh Medy.
Menurutnya, saat ini potensi porang di Ponorogo mencapai 3 ribu hektare, yang terbagi di beberapa kecamatan. Mulai dari Ngrayun, Sooko, Ngebel, Sawoo, Sambit, Bungkal, Slahung.
"Paling luas di wilayah Ngrayun ada 993 hektare saat ini yang sudah ditanami porang," jelas Medy.
Medy menambahkan, pihaknya melalui Dipertahankan memberikan bantuan pupuk organik kepada para petani sebanyak 2 ton per hektar.
"Total ada 1.300 hektare lahan porang yang sudah diberikan bantuan pupuk organik," imbuh Medy.
Selain itu, Dipertahankan masih mengusahakan ke Dinas Pertanian Pemprov Jatim untuk menjembatani antara petani dengan pabrik pengolahan porang di Ponorogo.
"Ada pabrik pengolahan porang jadi chips, tapi kita belum bisa masuk. Kita harap dari pemprov yang menjembatani antara petani dan pabrik," pungkas Medy. (sun/bdh)