Banyak warga merasa tak mendapat manfaat dari bantuan tersebut. Justru warga sering merasa dipersulit jika meminta bantuan. Tak sedikit warga yang pulang dengan tangan kosong saat meminta bantuan di posko penanggulangan bencana banjir.
Bantuan itu sendiri menumpuk di posko seperti baju bekas dan sembako. Banyak karung berisi baju bekas menumpuk yang belum dibagikan kepada warga. Baju bekas yang digelar juga nampak menggunung.
![]() |
"Disuruh bawa foto kopi KTP dan KK untuk ambil bantuan sembako maupun barang logistik. Datang jauh-jauh tapi gak diberi bantuan, bahkan disuruh pulang, ya sudah pulang," ujar Tini, salah satu warga Desa Kedung Dalem (45) kepada detikcom, Selasa (16/3/2021).
Ariyono (50), warga Desa Dringu mengataan bantuan kepada warga terdampak banjir tidak merata. Hanya warga di pinggir jalan saja yang sering dapat bantuan. Kalau warga yang masuk gang dan di tengah pemukiman malah jarang mendapatkan bantuan.
"Nggak merata distribusi bantuan ke semua warga, hanya yang di pinggir jalan saja yang mendapatkan bantuan, Saya juga malu datang disuruh milih baju bekas ditumpuk di belakang kantor, kayak pemulung," kata Ariyono.
Camat Dringu Siti Mualimah mengatakan belum terdistribusinya bantuan bagi warga terdampak banjir dikarenakan minimnya petugas. Siti mengaku sudah berkoordinasi dengan perangkat desa untuk melancarkan distribusi bantuan.
"Minimnya petugas untuk membagikan bantuan sembako maupun barang logistik ke warga secara langsung. Kami juga sudah koordinasi dengan perangkat desa untuk penyalurannya," kata Siti.
Warga terdampak banjir luapan Sungai Kedung Galeng berharap Pemkab Probolinggo membenahi sistim pendistribusian bantuan sembako dan barang logistik. Karena bantuan tersebut sangat dibutuhkan warga. (iwd/iwd)