Di Kota Surabaya ada makam khusus bangsawan. Mulai dari makam keturunan bangsawan, kerajaan hingga pejabat zaman dulu.
Makam tersebut yakni Makam Sentono Botoputih di Jalan Pegirian, Surabaya. Lokasi makam tersebut masih berada di kawasan Makam Sunan Ampel. Di sana terdapat makam Pangeran Lanang Dangiran atau yang lebih dikenal dengan Sunan Botoputih.
Cerita dan sejarah tentang Sunan Botoputih memang tak banyak diungkap pada perkembangan Islam di Pulau Jawa. Meski disebut sunan, namun namanya tak terlalu dikenal seperti Wali Songo.
![]() |
Kompleks pemakaman ini merupakan kompleks makam sunan dan para bangsawan (adipati) di Surabaya. Arsitektur bangunannya pun tak jauh berbeda dengan Makam Sunan Ampel, gapura makam bergaya ornamen keraton.
Para peziarah yang usai dari Makam Sunan Ampel biasanya menuju ke Makam Sentono Agung Botoputih. Setiap harinya selalu didatangi peziarah, terlebih jika malam Jumat atau menjelang Ramadhan dan Lebaran.
Tokoh sesepuh sekaligus takmir Langgar Sentono, Muhammad Hanafi (56) mengatakan, pemakaman ini khusus bagi keluarga keturunan bangsawan. Seperti pejabat Surabaya, habib syekh dan ulama lainnya. Pemakanan ini bukan untuk umum. Jika bukan dari keturunan seorang raden, maka tidak bisa dimakamkan di sana.
"Ada Bupati Surabaya keempat terakhir tahun 1918. Ada Bupati Sidoarjo tahunnya sama sejajar (tahunnya). Orang-orang kerajaan Majapahit juga dimakamkan di sini," kata Hanafi kepada detikcom, Minggu (14/3/2021).
![]() |
Sebelum masuk lewat gapura Kiai Ageng Brondong, terdapat gapura makam Mas Adipati Panji Djoyodirono. Di dalamnya terdapat makam yang berjajar dari anak keturunan serta petinggi bawahan Djoyodirono.
Makam Djoyodirono berdampingan dengan makam istrinya. Saat masuk dan hendak mencari makamnya akan kesulitan. Pasalnya tidak ada penanda. Hanya kain putih yang menyelimuti batu nisan di bagian dalam makam.
Selain itu, terdapat pula makam istri Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko, Ny Yaniek Supriyanti (49) yang wafat pada tanggal 14 Oktober 2012.
Setelah makam Mas Adipati Panji Djoyodirono, peziarah bisa menuju ke makam Pangeran Lanang Dangeran (Kiai Ageng Brondong) atau Sunan Botoputih yang menyebarkan Islam di Surabaya. Di dalamnya, selain terdapat makam Sunan Botoputih, juga terdapat makam Maulana Mohammad Syaifuddin (Sultan Banten ke XVII-terakhir) yang wafat pada 3 Rajab 1318 H/11 November 1899.
"Makamnya bersebelahan (Sunan Botoputih dan Sultan Banten). Keduanya sama-sama tertutup, tapi yang Sultan Banten bisa masuk di ruangan kayunya," ujarnya.
Luas kompleks makam Sentono Agung Botoputih sekitar 4.000 meter persegi dan terbagi menjadi dua area besar. Pertama adalah makam Pangeran Lanang Dangiran, kedua makam Al Habib Syekh Bin Ahmad Bin Abdullah Bafaqih.
Hanafi mengatakan, setiap harinya selalu ada peziarah yang datang. Kebanyakan yang datang usai dari Sunan Ampel.
"Terutama kalau malam Jumat Legi selalu ramai. Kalau mau lebaran rame terus. Cuman yang nggak pernah tutup Kiai Ageng Brondong setiap hari rame. Banyak rombongan dari luar pulau sampai luar negeri. Kalau orang rombongan dari Situbondo kadang sampai 60 bus, paling sedikit 10-15 bus," pungkasnya.
Tonton juga Video: Penampakan Makam Berbentuk Kerbau di Mamasa