Bentuknya berupa meja batu dengan tiang menyangga juga dari batu. Batu ini merupakan tempat meletakkan sesajian untuk pemujaan pada roh leluhur.
Di bawah batu dolmen biasanya berupa kubur batu. Berfungsi untuk meletakkan mayat agar terlindung dari ancaman binatang buas. Bagian kaki mejanya diperbanyak, hingga mayat tertutup rapat oleh batu.
Di wilayah Pujer tersebut, batu Dolmen terbuat dari batuan jenis andesit basaltis. Jenis batu ini diperkirakan bekas letusan gunung Ijen Purba yang berdasarkan sejumlah literasi meletus sekitar 70 ribu tahun yang lalu.
Baca juga: Dolmen Zaman Majapahit Ditemukan di Malang |
"Dolmen di kawasan ini orientasi menghadapnya kebanyakan memang ke arah gunung," jelas seorang budayawan yang juga tim ahli bidang culture Ijen Geopark, Tantri Raras, saat berbincang dengan detikcom di lokasi, Senin (8/3/2021).
Batu Dolmen merupakan benda peninggalan zaman prasejarah, yakni era megalitikum. Tak ditemukan sedikitpun tulisan sebagai penanda. Karena di zaman itu memang belum mengenal tulisan atau praaksara. Juga disebut nirleka (nir artinya tidak ada, leka artinya tulisan).
Menurut salah seorang geolog, Heri Kusdaryanto, batu Dolmen yang ada di Bondowoso memang tersentral di wilayah Pujer, Tlogosari, Maesan, serta Wonosari. Di wilayah tersebut kemungkinan juga masih banyak benda purbakala atau prasejarah yang belum terdata dan teregister.
"Dari berbagai keterangan warga setempat, masih sering menemukan benda berupa tulang-tulang yang sudah tampak membatu, maupun benda yang diperkirakan juga peninggalan prasejarah," tutur Heri.
Dari data yang dihimpun, di wilayah Bondowoso memang banyak terdapat situs maupun benda-benda peninggalan zaman prasejarah yang tersebar di sejumlah kecamatan. Di antaranya Grujugan, Cermee, Wringin, Tamankrocok, Maesan, Tlogosari, Pujer, dan lainnya.
Bahkan, di Pekauman, Grujugan saat ini terdapat Pusat Informasi Megalitik Bondowoso (PIMB). Berisi benda-benda purbakala peninggalan zaman prasejarah dan megalitikum.
Khusus untuk batu Dolmen, memang tersentral di Kecamatan Pujer. Jumlahnya sebanyak 75 buah. Dari jumlah tersebut, 58 buah di antaranya ada di Desa Maskuning Kulon. Diperkirakan, di wilayah tersebut masih banyak batu dolmen yang belum terdata.
Kawasan itu juga diajukan sebagai salah satu item dalam pengajuan ke UNESCO Global Geopark (UGG) bidang culture dan geologi, sebagai Ijen Geopark yang ada di dua wilayah, yakni Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi.
Lihat juga video 'Situs Bangunan Kuno di Lereng Bromo, Diduga dari Kerajaan Singasari':
(iwd/iwd)