"Waktu kejadian tidak ada banjir. Hasil pengamatan sementara kami, jembatan itu ambrol lebih disebabkan karena adanya morfologi atau perubahan bentuk sungai," kata Kepala Dinas PUPR Situbondo, H Gatot Siswoyo di lokasi kejadian, Minggu (28/2/2021).
Menurut Gatot, bentuk sungai di bawah jembatan memang terlihat mengalami perubahan. Salah satunya, perubahan terjadi pada dasar sungai yang kini tampak lebih dalam dari sebelumnya. Akibatnya, dasar pondasi jembatan pun kini gagal menyentuh, bahkan jadi menggantung.
"Kondisi itu dinilai sangat berpotensi mengikis kekuatan jembatan, hingga akhirnya mengalami ambrol," papar Gatot.
Selebihnya, Gatot menyebut jika jembatan putus itu memang sudah cukup lama tak tersentuh perbaikan. Sejak dibangun sekitar 25 tahun silam, jembatan yang disamping kanan - kirinya berpagar besi rel, itu tak pernah ada perbaikan atau rehab.
"Usianya di atas 25 tahun dan pernah ada perbaikan. Jadi wajar saja kalau sekarang kondisinya begitu," paparnya.
Ditambahkan Gatot, pihaknya sebenarnya sudah menginventarisasi jembatan-jembatan yang memerlukan perbaikan di Situbondo. Namun, setiap tahunnya upaya perbaikan hanya bisa dilakukan secara bertahap, berdasarkan skala prioritas. Sebab pihaknya juga harus memperhitungkan kekuatan anggaran yang ada.
"Untuk pembangunan jembatan yang putus ini, akan kita laksanakan tahun ini. Ini sesuai arahan dengan perintah bapak bupati tadi," pungkas Gatot.
Sebelumnya, tak ada hujan dan angin, sebuah jembatan berukuran 20 x 3,5 meter di Situbondo tiba-tiba putus. Satu sisi konstruksinya patah, hingga bangunan jembatan putus terjatuh ke dasar sungai berkedalaman sekitar 15 meter.
Jembatan putus itu berlokasi di Desa Kukusan Kecamatan Kendit. Beruntung saat jembatan putus, tidak ada kendaraan maupun warga yang melintas. Sehingga tidak menimbulkan korban. (fat/fat)