5 Santriwati meninggal tertimbun longsor Pamekasan. Pengasuh Ponpes Annidhamiyah menyebut sebelum longsor menerjang asrama santriwati, terdengar petir menggelegar.
Ustadz Maimon, Pengasuh Ponpes Annidhamiyah mengaku sebelum longsor, 5 korban sempat dibangunkan santriwati lainnya. Namun belum sempat bangun, suara petir terdengar keras.
Bersamaan dengan itu, longsor terjadi dari atas tebing dengan ketinggian sekitar 25 meter. Longsoran itu kemudian menimpa dan menimbun dua kamar yang dihuni 7 santriwatinya.
"Itu sebenarnya korban itu sudah dibangunkan teman-temannya yang lain. Kamarnya digedor-gedor. Karena memang waktu itu hujan turun dengan ekstrem," tutur Maimon kepada detikcom, Rabu (24/2/2021).
"Tapi belum sempat bangun, kemudian ada suara petir keras, kemudian bersamaan waktu itu (Longsor). Sangat cepat waktu itu," tambah Maimon.
Maimon menduga petir yang terdengar itu menyambar pohon kelapa di atas tebing. Akibat sambaran yang keras itu, membuat longsor diikuti oleh tanah lainnya.
"Dugaan saya itu longsor karena petir yang keras itu menyambar pohon kelapa sekitar 25 meter di atas itu tersambar. Hingga tanahnya ikut longsor menabrak asrama itu," tandas Maimon.
Sebelumnya, longsor terjadi di Kabupaten Pamekasan, Madura, menimpa bangunan Ponpes Annidhamiyah. Akibatnya, longsor di Dusun Jepun, Desa Bindang, Kecamatan Pasean, roboh dan menimbun 5 santri. Bangunan di bawah bukit itu roboh sekitar pukul 02.00 WIB.
Longsor di Pamekasan membuat 5 santriwati meninggal dan 2 orang lainnya luka. Mereka akhirnya berhasil dievakuasi tim gabungan.