Whisnu melakukan peninjauan hari ini. Saat tiba di lokasi, Whisnu disambut warga apartemen, pihak mal dan warga yang menolak RS Darurat COVID-19.
Ia mengatakan, Surabaya beberapa waktu lalu ingin membuka RS Darurat COVID-19 karena sedang butuh. Terlebih, saat itu BOR ICU sudah 100 persen selama dua pekan. Sekarang kondisinya sudah turun.
"Tadi saya sudah mensyaratkan kalau pun ini (RS darurat) harus buka, maka tetap harus ada persetujuan warga sekitar. Seperti penghuni tenant dan lain-lain. Itu harus diselesaikan. Kalau tidak ada penyelesaian, saya tidak akan buka. Prinsipnya itu," kata Whisnu usai sidak di RS Darurat COVID-19 Siloam, Rabu (10/2/2021).
"Saya sampaikan berapa lama (perbaikan agar sesuai standar). Sudah saya tegaskan sejak awal, warga sekitar harus sepakat. Karena ini berbatasan langsung dengan penghuni dan mal. Harus ada pembatas sekat tegas. Nah ini kan masih ada sekat yang tidak tegas, temboknya," ujarnya.
Whisnu menegaskan, pihaknya tidak akan memberikan izin buka sebelum semua persyaratan terpenuhi. Syarat utamanya yakni persetujuan dari warga sekitar.
"Saat ini belum layak karena memang belum buka. Toh kita tidak akan memberikan izin sampai semuanya clear. Karena tadi sudah saya tekankan warga harus sepakat dulu. Kalau persyaratan teknis nanti dari tim teknis. Tapi bagi saya persyaratan utama harus mendapat persetujuan warga sekitar. Karena bagi saya keselamatan utama warga adalah hukum tertinggi. Kalau mau tetap buka, sosialisasi," jelasnya.
Setelah tidak ada penolakan, maka ia akan mengundang pihak Siloam maupun warga terkait RS Darurat COVID-19. "Kalau mereka laporan ke kita, 'Pak ini warga sudah setuju', ya udah tak liat nanti warganya. Tak undang semua warga biar ngomong semua. Mudah saja," pungkasnya. (sun/bdh)