Mereka merupakan dukun yang memiliki spesifikasi keilmuan yang jauh dari kata seram.
Ketua Perdunu Indonesia, Abdul Fatah Hasan, contohnya. Pria 41 tahun ini merupakan seorang pengasuh Pondok Pesantren Al-Huda, Blimbingsari, Kecamatan Tegalsari Banyuwangi.
Begitu juga dengan Sekretaris umumnya, Ali Nurfatoni. Pria yang akrab dipanggil Toni ini merupakan Kepala Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Melalui Perdunu Indonesia, Ketua Umum Perdunu Indonesia Abdullah Fatah Hasan ingin memberikan edukasi pada masyarakat bahwa tidak semua pelaku spiritual yang ada itu merupakan orang yang tepat.
Dalam Perdunu Indonesia, akan ada semacam pengkategorian dukun berdasarkan spesifikasi yang dimiliki oleh dukun yang bersangkutan. Sebagai contoh, misal si A memiliki spesifikasi pengobatan yang berkaitan dengan psikologi, penglaris dan lain sebagainya.
"Jadi betul-betul sesuai dengan spesifikasi dengan keilmuannya. Karena keilmuannya jelas. Kalau segmentasi garapan di dunia perdukunan kan banyak. Mulai dukun pijet, dukun bayi, macam-macam spesifikasinnya. Biar masyarakat tidak salah," ujarnya kepada wartawan, Minggu (7/2/2021).
Bagi Dukun yang ingin menjadi anggota Perdunu Indonesia, harus melakukan semacam presentasi keilmuan yang dimiliki kepada Tim Perdunu Indonesia. Spesifikasi kemampuannya harus dipresentasikan. Termasuk metode pengobatan yang dilakukan. Sehingga dipastikan Dukun itu kompeten dengan keilmuan yang dia miliki.
Sekretaris Umum Perdunu Indonesia, Ali Nurfatoni mengatakan, untuk kebutuhan medis maupun non medispun masyarakat Indonesia cenderung minta bantuan dukun. Namun stigma yang ada di masyarakat, Dukun itu menyakiti orang seperti teluh, orang dagang dikasih sesuatu agar dagangnnya tidak laku. Padahal tidak semua Dukun seperti itu.
"Jangan salah, banyak dukun yang sangat membantu masyarakat pada umumnya. Contoh dukun pijet, dukun ahli saraf," jelasnya.
Di Perdunu, ada bidang-bidang yang memiliki spesifikasi sesuai dengan keilmuan yang dimiliki masing-masing Dukun anggota Perdunu. Agar masyarakat yang datang, bisa mendapatkan Dukun sesuai dengan kebutuhannya.
"Kita juga memberikan edukasi agar masyarakat mengetahui ke mana harus minta tolong. Misal di dunia medis, sakit gigi ke dokter spesialis gigi, sakit dalam ke dokter spesialis penyakit dalam," jlentrehnya.
Perdunu, menurut Toni, merupakan wadah para dukun sekaligus media dakwah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Edukasi yang diberikan Perdunu diharapkan bisa mengubah pola pikir masyarakat akan semakin baik.
"Kita kan sebagai media dakwah pada masyarakat. Bukan seolah dukun itu menyembah ini atau mengagungkan ini," jelasnya.
Hal ini, sambung Ali Nurfatoni, tergambar dalam logo Perdunu. Dalam logo perdunu ada bintang 9 menandakan Perdunu bagian dari menjaga maruah ulama ahlussunnah waljamaah. Lalu ada simbol keris yang merupakan bagian simbol orang Jawa yang sudah menjadi budaya secara turun temurun. Kemudian ada dupa yang memancarkan wewangian. Dan ada ada bunga teratai yang bisa hidup di mana saja dan mudah beradaptasi.
"Ini adalah kolaborasi untuk membentuk organisasi Perdunu ini bisa memancarkan kebaikan," terang pria yang memiliki kemampuan perdukunan pijat ini.