"Kemarin juga (rapat evaluasi PPKM) peta per-kabupaten/kota sudah dishare bersama, memang yang masih harus diturunkan (kasus COVID-19) bersama di Kota Madiun dan Kabupaten Madiun. Selebihnya melandai sekali. Artinya secara grafik dan data ada pelandaian (kasus COVID-19) yang cukup signifikan di daerah-daerah yang diberlakukan PPKM. Sesungguhnya (PPKM di Jatim) efektif," ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Jumat (5/2/2021).
Menurut Khofifah, PPKM dirasa efektif berdasar beberapa indikator. Salah satunya Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit di Jatim.
"Alhamdulillah sebelum PPKM itu BOR di Jatim tanggal 10 Januari sempat 80 persen. Per-kemarin, 54 persen untuk isolasi biasa. Artinya kalau standar WHO 60 persen, ini sudah di bawah standar WHO. Jadi dibanding awal PPKM yang 80 persen, kemarin sudah 54. Artinya sudah melandai," terangnya.
Secara khusus, Gubernur Khofifah memberi perhatian lebih untuk Kota Madiun dan Kabupaten Madiun. Dua kawasan Matraman ini dimonitor secara khusus oleh Pemprov Jatim.
"Memang yang masih harus diturunkan bersama di Kota Madiun dan Kabupaten Madiun. Kenapa Kota Madiun itu masih relatif harus diturunkan ketimbang 16 daerah lain karena Kota Madiun itu kan kawasan Mataraman. Jadi banyak (warga) Solo dan Sragen banyak ke Madiun. Suasana kotanya friendly menjadikan orang kerasan (betah). Pak Wali Kota (Madiun) terus berikhtiar luar biasa jangan sampai (jadi) episentrum baru," beber Khofifah.
Mantan Mensos RI ini menjelaskan, upaya dari Pemprov Jatim bersama Pemkab dan Pemkot Madiun seperti diresmikannya RS Joglo Dungus, Madiun, sebagai tempat isolasi pasien COVID-19.
"Upaya penanganan, kemarin, kami resmikan RS Joglo Dungus ada 150 bed. Harapannya penanganannya lebih cepat, tepat dan solutif," tandas Gubernur Khofifah. (iwd/iwd)