"Jadi masih banyak kasus, saat pasien tiba di rumah sakit sudah kondisinya buruk dan belum mendapat perawatan sudah meninggal dunia," ujar Jubir Satgas COVID-19 Jatim, dr Makhyan Jibril kepada detikcom, Senin (1/2/2021).
Dalam rentan waktu 22 hari mulai 11 Januari-1 Februari 2021, 1.423 pasien COVID-19 di Jatim meninggal.
Jibril menjelaskan, masih banyak pasien yang telat mendapat perawatan medis saat terpapar COVID-19. Padahal, pasien itu bisa jadi memiliki komorbid yang parah.
"Masih banyak memang, ada yang gagal sudah happy hypoxia atau tubuh kekurangan oksigen. Normalnya saturasi oksigen di dalam darah di angka 95-100 persen. Namun pasien yang happy hypoxia sudah di bawah angka itu dan kasus itu banyak dijumpai di Jatim," terangnya.
Selain itu, Jibril menjelaskan 30 persen pasien COVID-19 meninggal di UGD. Dan banyak di antara mereka memiliki komorbid yang mematikan bila diserang COVID-19.
"Beberapa waktu lalu Ibu Gubernur juga menyampaikan, 30 persen kasus kematian di Jatim ada di UGD. Jadi banyak pasien yang telat ke RS. Padahal mereka misal punya komorbid seperti jantung, hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru yang menjadi komorbid berbahaya bila mereka juga terpapar COVID-19," imbuhnya.
Ia menambahkan, 92 persen lebih kasus kematian COVID-19 di Jatim disertai komorbid. Seperti jantung, diabetes, hipertensi hingga obesitas. (fat/fat)