Meski demikian, warga tidak panik karena mereka menilai erupsi tidak menimbulkan bencana. Salah satu warga Kampung Pringgodani, Hardi (43) mengaku mencium bau belerang di sekitar gunung. Bau belerang itu muncul setelah lontaran material pijar terjadi.
"Sempat bau belerang. Tapi sangat kuat sekali baunya," ujarnya kepada detikcom, Kamis (28/1/2021).
Selain bau belerang, Hardi mengaku mendengar gemuruh yang terus menerus. Tidak ada jeda. "Kadang kecil kadang juga besar. Karena memang lokasi kami sangat dekat dengan gunung. Sekitar 10 kilometer," tambahnya.
Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) yang berada di Dusun Mangaran, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon juga mendeteksi adanya bau belerang yang diduga berasal dari perut kawah Gunung Raung yang erupsi.
"Kami menduga dari sana. Karena saat gunung dalam kondisi normal, seringkali bau belerang itu muncul. Karena kan Raung juga mengandung H2S atau hidrogen sulfida," kata Burhan Alethea, petugas PPGA Raung.
Meski begitu, Burhan enggan berspekulasi lebih jauh tentang dugaan keluarnya hidrogen sulfida dari gunung setinggi 3.332 mdpl itu, karena masih akan diteliti dan dikaji ulang.
Sementara terkait gemuruh, kata Burhan, pengamatan di PPGA Raung memang memiliki interval. Karena jaraknya yang sangat jauh. Sementara di Kampung Pringgondani sangat dekat berjarak sekitar 10 kilometer.
"Warga Kampung Dani (Pringgondani) mendengar gemuruh terus menerus tidak ada jeda. Kalau di PPGA kan ada jeda 5 sampai 10 menit. Itu karena letak yang dimungkinkan dekat," tambahnya.