Sebelumnya, Pakar Ekonomi Universitas Surabaya (Ubaya), Prof Wibisono Hardjopranoto mendorong pelaku ekonomi divaksin setelah nakes. Pendapat ini disetujui pegiat ekonomi desa, Abdul Aziz.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan selama tiga bulan terakhir, ada sekitar 6 ribu pedagang sayur keliling di Blitar. Dalam kondisi normal, omzet mereka per hari bisa mencapai Rp 1 juta/hari.
"Satu sayur mider atau sarmi ini, rata-rata punya pelanggan sekitar 100 orang. Mereka berinteraksi langsung dengan pelanggannya. Tidak mengenal libur. Kehadiran mereka sangat membantu berkurangnya kedatangan orang ke pasar. Jadi kalau mereka diprioritaskan mendapat vaksin COVID-19 itu sangat layak," ujar Aziz kepada detikcom, Rabu (13/2/2021).
Sarmi, lanjut dia, menjual produk pelaku usaha mikro seperti tempe, tahu, keripik dan sayur mayur hasil panen petani lokal. Jika sarmi mendapat vaksin lebih dahulu, maka roda perekonomian pelaku usaha mikro tetap bisa berjalan. Meski ada banyak batasan aktivitas masyarakat selama diberlakukan PPKM ini.
Aziz menilai, mereka layak diprioritaskan mendapat vaksin COVID-19. Aziz membayangkan jika sampai kelompok sarmi ini ada yang terpapar, maka putaran roda perekonomian pelaku UKM mikro dan desa akan macet.
"Otomatis akan lumpuh juga perekonomian pelaku UKM. Dan masyarakat justru akan berbondong-bondong pergi ke pasar. Timbul kerumunan yang memicu meluasnya paparan virus Corona," tandasnya.
Menanggapi hal ini, Jubir Satgas COVID-19 Kabupaten Blitar, Krisna Yekti menyetujui. Menurutnya, pelaku UKM masuk dalam kategori layanan masyarakat. Dan kelompok ini masuk dalam kategori mendapat prioritas vaksin COVID-19 tahap ketiga setelah TNI-Polri.
"Iya setuju saya. Mereka kan juga melayani masyarakat secara langsung ya. Seperti pedagang di pasar, toko itu nanti akan masuk tahap ketiga setelah tahap kedua TNI-Polri," pungkasnya.