Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menyebut pada prinsipnya, pemberian vaksin COVID-19 sinovac untuk orang-orang yang paling beriko terpapar.
"Prinsipnya, prioritas diberikan kepada mereka yang paling berisiko, berisiko tinggi tertular atau terinfeksi dan atau berisiko tinggi untuk meninggal bila terinfeksi," kata Windhi saat dihubungi detikcom, Selasa (12/1/2021).
Menurutnya, tidak masalah jika TNI dan Polri menjadi prioritas kedua. Akan tetapi, yang lebih penting setelah tenaga kesehatan adalah kelompok lanjut usia (lansia). Yakni usia di atas 60 tahun.
Tak terkecuali masyarakat yang memiliki komorbid juga sangat penting mendapatkan vaksin COVID-19 setelah nakes. Sebab jika mereka terpapar, kondisi mereka menjadi lebih berat.
"Karena mereka inilah yang sangat berisiko tinggi untuk mengalami kematian apabila tertular," ujarnya.
"Pemerintah kita memberikan prioritas pada TNI, Polri, Satpol PP dengan pertimbangan yang bisa diterima. Yaitu karena mereka sebagai aparat ikut di garis depan di dalam menangani COVID-19 (Mengontrol kepatuhan prokes warga). Sehingga berisiko terpapar virus," jelasnya.
Hanya saja, kata Windhu, vaksin untuk golongan lansia dan memiliki komorbid belum datang. Yakni vaksin berasal dari kerja sama multilateral GAVI/COVAX yang menggunakan vaksin Pfizer, Moderna, AstraZeneca.
"Itu cocok diberikan kepada lansia dan atau yang mempunyai komorbid. Karena CoronaVac/Sinovac yang sudah datang ini sementara hanya boleh untuk usia 18-59 tahun, sehat dan tidak punya komorbid, dan tidak hamil," urainya.
"Setelah itu apakah TNI, Polri, Satpol PP atau pengusaha, masyarakat umum, sebetulnya sama saja," pungkasnya.