Di Kampung Tempe, Jalan Tenggilis Kauman Gang Buntu 27 RT O4 RW III misalnya, para perajin sudah tidak memproduksi tempe sejak Kamis (31/12/2020) lalu.
"Iya, kami produsen sudah tak produksi sejak Kamis dan sampai sekarang mungkin bisa lebih lama," beber Sekretaris Kampung Tempe Ghofur Nur Rochim saat ditemui detikcom, Sabtu (2/1/2021).
"Sebagian juga ada yang masih produksi sebenarnya, tapi yang masih kuat beli bahan baku. Tapi ya kan jelas merugi karena setiap hari harga naik terus," imbuhnya.
"Gak ikut gabungan (Gakoptindo). Tapi karena keadaannya begini mau gak mau ya ikut gak produksi. Kesadaran sendiri akhirnya ikut juga," terang pria 49 tahun itu.
Ghofur melanjutkan, bahan baku kedelai bukan tidak ada, tapi harganya yang terus melambung. Kenaikan harganya yakni Rp 1.000 setiap harinya.
"Bukan susah dicari bahan bakunya ada tapi mahal. Tiap hari naik terus. Sebelumnya itu cuma sekitar Rp 7 ribu per kilo. Sekarang sudah di atas Rp 9 ribu. Tiap hari itu naik Rp 1.000 terus kedelainya," tuturnya.