Di tengah pandemi COVID-19, Pito Cahyono justru dirinya meraup keuntungan dari penjualan pot bunga. Selain melayani penjualan secara offline, dia juga menjual secara online.
"Ada juga reseller yang jual online," kata warga asal Jalan Sindu Hadiningrat, Dukuh Wetan, Desa Carat, Kecamatan Kauman, kepada detikcom, Minggu (20/12/2020).
Dia mengaku menggeluti usahanya setelah melihat limbah batok kelapa yang tidak dimanfaatkan Dia berkreasi dengan tempurung kelapa atau yang biasa disebut dengan batok. Salah satunya membuat berbagai peralatan rumah tangga dari batok kelapa.
Mulai dari peralatan makan dan minum seperti sendok, garpu, mangkok, cangkir, teko, lepek, asbak, kap lampu hingga terbaru ada pot bunga.
"Pot bunga ini yang sekarang paling dicari di masa pandemi, karena banyak orang yang mulai senang menanam bunga," terang Pito.
Pria 34 tahun ini mengaku awalnya dia tidak memiliki pekerjaan tetap. Pito pun mulai melirik kerajinan batok kelapa. Belajar secara otodidak, Pito pun berhasil membuat karya. Dia berharap bisa meraih rupiah dari karya yang dibuatnya.
Dalam sehari, lanjut Pito, bisa membuat 20 unit pot bunga. Pesanan paling banyak berasal dari Tangerang. Proses pembuatannya pun sempat menemui kendala terutama masalah alat dan bahan.
"Jenis kelapa gading dibuat mangkok, kelapa puyuh untuk cangkir," tukas Pito.
Disinggung soal alat, Pito menjelaskan dia hanya mengandalkan bor duduk scrol saw dan bor tuner untuk membuat motif. Untuk finishing bisa pernis dan poles. Sementara untuk harga, dirinya mengaku bervariasi.
![]() |
"Harganya kalau pot bunga sudah termasuk tali Rp 30 ribu, mangkok Rp 10 sampai 20 ribu, cingkir sepasang lepek dan tutup Rp 40 ribu," papar Pito.
Menurutnya, sejak 2015 lalu usaha ini berhasil digeluti. Dalam sebulan omzetnya mencapai Rp 1,5 juta. Peminatnya pun berasal dari berbagai negara, seperti Malaysia, Hongkong, Taiwan.
"Biasanya kan banyak TKI yang beli kemudian bosnya suka. Akhirnya beli juga," kata Pito.