Pantauan detikcom, kedua harga komoditas ini mulai merangkak naik sejak awal Desember tahun ini. Kenaikan harga secara bertahap mencapai Rp 2.000/hari.
Seperti di Pasar Templek dan Legi Kota Blitar, jika harga cabai kecil normalnya di kisaran Rp 16 ribu/kg, hari ini melambung sampai Rp 40 ribu/kg. Begitu juga dengan tomat, normalnya seharga Rp 3 ribu/per kg hari ini melonjak tajam sampai Rp 13 ribu/kg.
Dampaknya, beberapa pedagang kecil terpaksa mengurangi kuantitas kulakan karena terbatasnya modal. Selain itu, kedua komoditas ini tidak tahan lama jika terpaksa menimbun stok dalam jumlah banyak.
"Dikit-dikit kulakannya. Soalnya yang beli juga mengurangi karena harganya lagi mahal. Pelanggan biasa beli sekilo, kalau sekarang palingan seperempat," ujar Yuli, pedagang di Pasar Legi kepada detikcom, Rabu (16/12/2020).
Seorang pedagang lain di sebelah Yuli juga mengeluhkan berebutnya pedagang eceran ke supplier agar kebagian barang dagangan. Karena stok yang dibawa ke pasar tradisional juga terbatas dibandingkan dalam kondisi normal.
Kasi Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Blitar, Hikmah Wahyudi mengatakan, kedua komoditi itu memang jenis tanaman yang tidak tahan hujan. Intensitas hujan yang tinggi, berpotensi menimbulkan penyakit di tanaman.
"Kalau yang di dataran rendah, tanaman yang terendam air akan berpotensi penyakit antraxnosa atau pathek. Sedangkan di dataran tinggi, hujan berpotensi menimbulkan jamur sehingga tanaman gampang busuk," jelasnya.
Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Blitar, terang Hikmah, luasan lahan yang ditanami cabai mencapai 11 ribu hektare. Terdiri 7000 hektare di wilayah Blitar utara yang merupakan dataran rendah. Dan 4.000 hektare di wilayah Blitar selatan yang berdataran tinggi.
Kapasitas produksi lahan itu sekitar 6.000 ton per hektare. Sehingga kapasitas produksi cabai Kabupaten Blitar bisa mencapai 66 ribu ton per tahun. Hasil panenan cabai dari Kabupaten Blitar, termasuk wilayah penyangga kebutuhan cabai nasional
"Kenapa stok saat ini sedikit, karena petani di Blitar selatan masih dalam proses menambah luas tanam. Sedangkan yang Blitar utara, waktunya bongkar tanam. Karena tanaman produktif tidak tahan terendam air atau kena hujan," paparnya.
Untuk tanaman cabai di luasan tanam lahan baru, Hikmah memprediksi masa panen akan jatuh pada bulan Maret 2021 mendatang. Konstannya jumlah permintaan yang tak sebanding dengan kapasitas produksi inilah yang menjadi faktor utama melambungnya harga cabai di pasaran.
"Kalau yang tomat, prediksi petani ini meleset. Spekulasi nanam tomat itu tinggi. Pas harga jatuh ya... terpaksa dibuang. Apalagi saat musim hujan potensi gagal panen tinggi. Sehingga banyak petani saat ini memilih tidak menanam tomat. Stok sedikit permintaan konstan, jadi harga melambung jadinya," pungkasnya.