Ketua KPU Trenggalek Gembong Derita Hadi mengaku pada event pilkada tahun ini pihaknya tidak mampu memenuhi target 70 persen partisipasi masyarakat. Masyarakat yang menggunakan hak pilihnya hanya tercapai 67,51 persen.
Bahkan capaian partisipasi pemilih tahun ini lebih kecil dibanding Pilkada 2015 lalu yang mencapai 67,85 persen
"Jadi ada penurunan sekitar 0,31 persen dibanding Pilkada 2015. Kalau target kami sebenarnya 70 persen," kata Gembong Derita Hadi, Jumat (11/12/2020).
Melorotnya jumlah partisipasi pemilih itu diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya banyak pemilih yang berada di luar kota dan luar negeri. Di sisi lain kondisi pandemi COVID-19 dinilai sangat berpengaruh terhadap antusiasme masyarakat.
"Misalkan warga Trenggalek yang ada di Surabaya, mereka banyak yang enggan pulang untuk memilih, karena ada Corona ini," jelasnya.
Gembong mengatakan sebelum proses pencoblosan pihaknya telah melakukan berbagai rangkaian tahapan penyusunan Daftar Pemilih Tetap (DPT), mulai dari pencocokan dan penelitian hingga proses pemutakhiran data pemilih.
"Sebetulnya kami tahu bahwa orang itu tidak bisa pulang, tapi tetap kami catat, karena kami tidak boleh menghilangkan hak pilih. Nah inilah yang mengakibatkan angka partisipasi menjadi rendah," jelasnya.
Selain itu, dari angka 67,51 persen partisipasi pemilih, terdapat sekitar 11 ribu suara yang dianggap tidak sah. Hal itu terjadi karena pemilih melakukan kesalahan dengan mencoblos dua paslon sekaligus, serta mencoblos di luar kotak.
"Ada juga yang mencoblos dengan alat selain yang disediakan, misalkan pakai ballpoint. Tapi yang paling banyak boblos dua paslon sekaligus," ujar Gembong.
"Yang jelas mereka sadar. Tapi terkait yang melatarbelakangi pemilih yang mencoblos semua calon, saya tidak tahu," imbuhnya.
Ketua KPU Trenggalek ini mengaku, telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan sosialisasi Pilkada 2020, agar tingkat partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi meningkat.
Sementara itu Koordinator Divisi Pendidikan dan Pelatihan, Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) Jatim Suripto, menilai KPU Trenggalek telah gagal dalam upaya mendongkrak jumlah partisipasi masyarakat.
Namun pihaknya mengakui masa pandemi COVID-19 saat ini sangat berpengaruh terhadap antusiasme masyarakat. "Sehingga kondisi Trenggalek yang angka prevalensinya meningkat juga berpengaruh itu. Masyarkat buruh migran di luar kota banyak yang tidak pulang," kata Suripto.
Dari pemantauan yang dilakukan di Trenggalek, pihaknya juga menemukan faktor lain yang ikut mempengaruhi rendahnya pemilih, yakni minimnya politik uang.
"Ya meskipun tidak baik untuk iklim demokrasi. Saya menemukan di salah satu TPS ada surat suara yang dicoblos kedua-duanya dan ditulis ora enek duite, tak coblos kabeh," jelasnya.
Kondisi ini membuktikan jika politik uang dalam Pilkada Trenggalek tidak dilakukan secara masif oleh para calon maupun tim suksesnya "Ada, tapi sedikit," ujar mantan Ketua KPU Trenggalek ini.
Suripto menjelaskan, meskipun tingkat partisipasi masyarakat rendah, tidak menjamin kualitas demokrasi juga rendah. Demikian halnya juga jika partisipasi masyarakat tinggi tidak menjamin kualitas demokrasi baik.