Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro meninjau perkembangan vaksin merah putih buatan Unair, yang akan dilakukan uji hewan pada bulan ini, di lab BSL dan mitra BIOTIS. Ia pun mengaku kaget bahwa Indonesia bisa memproduksi vaksin COVID-19 sebanyak satu miliar.
"Itu mengagetkan. Saya tidak menyangka Indonesia sebenarnya punya kapasitas memproduksi sebanyak itu. Hanya saja selama ini belum ada yang official seperti Bio Fama," kata Bambang melalui aplikasi Zoom bersama Unair, Jumat (4/12/2020).
"Baru Bio Farma perusahaan yang dianggap sebagai produsen vaksin di Indonesia. Nantinya yang lain bergabung. Kita berharap Indonesia bisa mandiri dalam vaksin," imbuhnya.
Menurutnya, meski saat ini Indonesia tengah fokus pada vaksin COVID-19, bukan berarti mengabaikan vaksin lain yang juga sama dibutuhkannya. Seperti program imunisasi pada anak yang tidak boleh berhenti dan harus lebih ekspansif.
"DBD merupakan musuh menakutkan. Cara masyarakat melihat tidak seperti melihat COVID, kewaspadaan kurang. Jadi harus diingatkan lagi untuk lebih waspada. Seperti 3M dan hati-hati dengan nyamuk," tambahnya.
Ia menambahkan, vaksin ini perlu meskipun telah memiliki treatment maupun terapi. Meski sifatnya hanya pada transfusi darah atau pasien agar segera ditangani di RS.
"Jadi masih banyak ruang untuk mengembangkan vaksin. Itulah sebabnya kami coba mengembangkan pusat pengembangan vaksin nasional di Puspitek Serpong. Tujuannya kami ingin menciptakan kolaborasi antara seluruh peneliti vaksin di Indonesia dan menggunakan semua jenis platform. Makanya kami sangat welcome dengan ide platform di Unair," pungkasnya.