Kabid P2P Dinas Kesehatan Tulungagung Didik Eka mengatakan lonjakan kasus HIV/AIDS di Tulungagung tertinggi pada tahun 2018 yang mencapai 392 kasus, sedangkan tahun ini hingga bulan September tercatat 189 kasus.
"Trend penemuan kasus HIV-AIDS di Tulungagung Tahun 2006 sampai 2020 terjadi kenaikan yang signifikan Secara kumulatif tercatat 2.880 kasus," kata Didik Eka, Selasa (1/12/2020).
Rincian temuan 2.880 kasus HIV-AIDS adalah, tahun 2006 35 kasus, 2007 42 kasus, 2008 49 kasus, 2009 100 kasus, 2010 105 kasus, 2011 117 kasus, 2012 144 kasus, 2013 149 kasus, 2014 272 kasus, 2015 257 kasus, 2016 295 kasus, 2017 324 kasus, 2018 392 kasus, 2019 390 kasus, 2020 189 kasus.
Baca juga: HIV/AIDS dan Prasangka-Prasangka Kita |
Didik menjelaskan, dilihat dari sisi usia, para ODHA rata-rata masih berusia produktif, dengan rincian usia 25-49 tahun mencapai 2.001 orang, usia di atas 50 tahun 493 orang, usia 20-24 tahun 229 orang, sedangkan sisanya berusia di bawah 19 tahun.
"Kalau dilihat dari gender, 56 persen atau 1.589 ODHA adalah perempuan, sedangkan laki-lakinya 44 persen atau 1.271 orang," jelasnnya.
Terkait tren peningkatan kasus HIV/AIDS di Tulungagung, dinas kesehatan terus berupaya melakukan proses pengendalian dan pencegahan, salah satunya dengan strategi 'Triple Ninety', yang dilaksanakan secara berjenjang oleh instansi lembaga teknis di seluruh provinsi dan kabupaten/kota.
Dari capaian itu pihaknya menilai pada 90 kedua dan ketiga masih ada persoalan, sehingga harus segera ditindaklanjuti oleh lintas sektor yang bergerak dalam penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS, mulai dari Pemkab Tulungagung, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) hingga LSM.
Menurutnya dengan capaian maksimal pada 90 pertama maka layanan konseling dan testing yang ada di 32 puskesmas dan 12 rumah sakit harus tetap ada dan dimaksimalkan. Sedangkan untuk capaian 90 kedua masih memerlukan upaya, salah satunya penambahan layanan Perawatan, Dukungan dan Perawatan (PDP).
"Saat ini sejumlah 9 layanan dan ditambah lagi pelatihan dua puskesmas yakni Rejotangan dan Gondang dan optimalisasi pendampingan Odha terutama pencarian Odha yang Lost to Follow Up (LFU)," kata Didik.
Sedangkan untuk capaian 90 ketiga masih sangat rendah lantaran keterbatasan akses pemeriksaan Viral Load (VL), sehingga pada bulan Oktober - Nopember 2020 dicanangkan sebagai bulan viral load. Dengan dukungan pendanaan dari project AMPUH Kabupaten Tulungagung telah mengirimkan sampel viral load sejumlah 201 sampel ke RSUD dr Soetomo.
Sementara itu terkait, Hari AIDS Sedunia (HAS) tanggal 1 Desember, menurut Didik menjadi momentum yang tepat untuk mengingatkan kembali agar seluruh elemen pemerintah dan masyarakat bersinergi dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
"Perkuat kolaborasi tingkatkan solidaritas, Tulungagung tanpa stigma, merupakan perpaduan tema nasional yang dipadukan dalam kearifan lokal kebijakan Penanggulangan AIDS di Daerah," pungkasnya.