Cabub yang juga seorang pengusaha itu tidak canggung berdialog dengan perajin dan peternak bebek. Kelana bertanya untuk mencari tahu apa kendala yang dialami sejak pandemi.
Ketua Kelompok peternak bebek Sumber Pangan Nur Hidayat menyampaikan awalnya beternak bebek merupakan pekerjaan sampingan warga Kebonsari.
"Beternak bebek baru dimulai sejak 1992 melalui program Inpres Desa Tertinggal. Saat itu, peternak bebek hanya ada 11 orang dengan populasi antara 500 hingga 1.000 ekor, dan sempat booming dan banjir permintaan. Namun sejak pandemi COVID-19 omzet kami terjun bebas," terang Nur Hidayat, Senin (30/11/2020).
Menurut Nur Hidayat, kini peternak bebek dan perajin telur asin di Desa Kebonsari berjumlah 27 orang. Jumlah itu menurun jika dibandingkan tahun 2010 lalu, yang jumlahnya 47 orang. Penyebabnya, selain lahan untuk ternak bebek mulai berkurang, juga karena persaingan harga.
"Kendala yang dihadapi adalah menurunnya daya beli masyarakat dan menyempitnya pemasaran. Saat ini yang kami perlukan adalah campur tangan pemerintah dalam membuka kran pemasaran baru," tambah Nur Hidayat.
Merespons persoalan yang dihadapi perajin telur asin dan peternak bebek di Kebonsari, Kelana menyatakan akan membantu membuka pasar ekspor baru.
"Kita akan lakukan promosi besar-besaran bila perlu kita bukakan peluang ekspor ke Timur Tengah," kata Kelana
Kelana menambahkan selain itu, bila nanti diamanahi menjadi Bupati Sidoarjo, Kelana akan menjadikan Desa Kebonsari sebagai desa wisata edukasi ternak bebek, mulai dari perawatan, hingga penetasan telor bebek serta edukasi produksi telur asin.
"Nanti desa ini akan dijadikan edukasi ternak bebek dan penetasan. Serta edukasi produksi telur asin di Sidoarjo," tandas Kelana. (fat/fat)