Dunia olahraga berduka atas meninggalnya legenda sepakbola Argentina Diego Armando Maradona. Tak terkecuali di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Maklum, Maradona tercatat pernah mampir ke Surabaya pada tahun 2013 silam. Saat itu, pemilik gol tangan Tuhan itu memberikan coaching clinic kepada ratusan anak-anak di kompleks Tugu Pahlawan.
M Zain Al Haddad, ketua panitia coaching clinic Maradona menyebut, acara tersebut terbilang sukses besar waktu itu. Sebab, mantan pemain Napoli dan Barcelona itu menuntaskan semua agenda kegiatannya.
"Ya pada waktu itu legenda dunia Maradona itu mengadakan coaching clinic. Rencananya kan 4 kota di Medan, Jakarta, Surabaya dan Makassar," kata Haddad kepada detikcom, Sabtu (28/11/2020).
"Tapi kayaknya gagal semua di tiga kota itu. Kecuali di Surabaya yang berhasil dan sukses," imbuh pria yang akrab disapa Mamak itu.
Mamak menuturkan, mengundang Maradona yang berstatus legenda dunia bukan perkara mudah. Namun secara khusus Badan Sepakbola Rakyat Indonesia (BASRI) ternyata berhasil mengundang ke Indonesia.
"Ya kita tahu kan, Maradona ini bintang dan legenda dunia. Dan biasanya seorang bintang atau legenda itu kadang-kadang ada sedikit aneh-anehnya permintaannya. Dan Maradona termasuk seperti itu," terang mantan pemain Niac Mitra Surabaya itu.
Tonton juga video 'Demi Maradona, Warga Argentina Sempat Bentrok dengan Polisi':
"Kalau gak salah itu undangan dari BASRI, Badan Sepakbola Rakyat Indonesia. Nah, kebetulan saya ketua panitianya di Surabaya waktu itu. Memang khusus diundang oleh BASRI itu. Malah sponsornya itu waktu itu mantan wali kota Samarinda atau gubernur gitu," imbuhnya.
Menurut Mamak, selama di Surabaya, Maradona tampak betah dan kerasan. Itu tampak saat ia tetap bersedia memberikan coaching clinic bahkan memberikan waktu tambahan.
"Yang jelas, dia di Surabaya itu senang dan sukses. Artinya apa? Semua kegiatan acara di Surabaya dijalankan. Coaching clinic sampai selesai. Bahkan waktu itu sempat gerimis. Tapi dia tetap melakukannya sampai waktunya selesai," ujarnya.
"Bahkan melebihi beberapa menit kalau gak salah. Artinya kan dia betah dan kerasan di Surabaya," tambahnya lagi.
Mamak menuturkan, meski datang ke Surabaya, namun pihak pihak panitia sebenarnya agak ragu Maradona mau memberikan coaching. Sebab selain cuaca sedang gerimis, waktunya juga mepet.
Namun kekhawatiran itu hilang, karena pahlawan Argentina di Piala Dunia 1986 itu akhirnya bersedia. Bahkan, mamak mengenang, waktu itu, Maradona minta dibelikan sepatu dan kaus.
"Waktu itu kita khawatir mau gak beri coaching clinic karena waktunya mepet. Tapi kemudian agen atau asistennya itu bilang dia mau dan minta dibelikan kaus dan sepatu," tukasnya.
"Akhirnya kita antar ke TP (Tunjungan Plaza). Saya inget itu karena saya yang ngantar asistennya beli sepatu dan kaus sesuai ukurannya untuk coaching clinic," tandas Mamak.